Eclat Story Mencoba Move On dari Youtube Melalui ‘Bentuk Cinta (The Album)’

Oleh: welly - 05 Mar 2021

Album perdana trio folk pop ini memamerkan--sekaligus menguji--kemampuan mereka dalam menciptakan karya orisinil

Belakangan ini, semakin menjamur anak-anak muda berbakat yang memutuskan untuk menjadi cover artist di Youtube sebagai batu loncatan untuk merintis karir sebagai artis rekaman. Pertanyaannya, apakah cover artist memiliki skill yang dibutuhkan untuk menjadi artis rekaman? Patut diakui, setidaknya cover artist sanggup mengakumulasi popularitas. Bila mereka berkesempatan menjadi artis rekaman suatu hari nanti, setidaknya mereka tidak akan menjadi orang asing di mata publik. Akan tetapi, “popularitas” berbeda dengan “skill”.

Ketika dianalisis secara kritis, ternyata mengemas lagu populer dengan presentasi yang berbeda jauh lebih mudah ketimbang menggarap karya orisinil dari titik nol. Selain itu, ketika menjadi cover artist, mereka tidak perlu memikirkan mengenai bagaimana cara mengukuhkan jati diri sebagai musisi karena konten yang mereka cetak sepenuhnya adalah hiburan gratis massa. Alhasil, beberapa cover artist berhasil debut dengan karir yang cukup panjang (contoh paling gamblang adalah Raisa, Teddy Adhitya, dan GAC). Sisanya, sayangnya, tidak bernasib semujur itu. Kini, Eclat Story hendak meniru kisah sukses tersebut melalui album panjang/LP perdana bertajuk ‘Bentuk Cinta (The Album)’. Apakah mereka berhasil?

Secara keseluruhan, ‘Bentuk Cinta (The Album)’ sesuai dengan ekspektasi massa akan seperti apa karya musik Eclat Story sebagai artis rekaman. Faktor utama popularitas mereka di Youtube adalah kemampuan mereka mendaur ulang lagu populer dengan aransemen folk pop yang terbukti menarik perhatian. Oleh karena itu, terang saja ‘Bentuk Cinta (The Album)’ adalah koleksi 10 track yang mengusung aransemen serupa.

Lagu pembuka (“Apa Yang Kan Terjadi?”) segera mengukuhkan atmosfer keseluruhan album-- yakni vibe yang riang, chill, dan feel-good. Lagu-lagu selanjutnya (“Bukan Hanya”, “Bentuk Cinta”, “Tak Mau Lama-Lama”) dijamin akan merekahkan senyum di bibir pendengarnya. Bahkan ketika Eclat Story mengusung narasi yang sedikit lebih serius (“Tak Mau Jadi Temanmu”, “Sudahkah?”), feel-good vibe yang dimulai sejak awal album tidaklah pudar. Tampaknya ketiadaan balada atau downtempo track adalah sesuatu yang memang disengaja demi mempertahankan vibe tersebut hingga akhir album (“Bersemi Kembali”, “Masih Bisa Sendiri”).

Dua track yang menghadirkan bintang tamu, sayangnya, tidak seefektif yang diharapkan. Kehadiran Misellia di “Cinta Segitiga” lebih sebagai penyumbang additional vocals ketimbang rekan duet yang setara. Bila nama Kezia Amelia tidak disebutkan di credit list “Luluh Lagi”, mungkin pendengar tidak akan menyadari kontribusinya sebagai violinis yang handal. Pada akhirnya, warna vokal Yeshua Abraham yang khas namun powerful terbukti lebih dari cukup untuk mempertahankan atensi pendengar hingga akhir album.

Ini yang menjadi permasalahannya: ‘Bentuk Cinta (The Album)’ berhasil memenuhi ekspektasi, tetapi belum melampaui ekspektasi. Mari kita menapak tilas sejenak. Ketika Raisa merilis album debutnya (‘Raisa’, 2011), dia berhasil melampaui ekspektasi massa dengan cara mempertahankan kualitas yang menjadikannya cover artist yang populer sekaligus memperkenalkan sesuatu yang orisinil dan berbeda. Pencapaian yang sama berhasil dicetak juga ketika Teddy Adhitya pertama kali debut (‘Nothing Is Real’, 2017) dan ketika GAC pertama kali debut (‘Gamaliel Audrey Cantika’, 2012). Berbeda dengan ketiga LP tersebut, seluruh track di dalam ‘Bentuk Cinta (The Album)’ mengikuti formula produksi yang nyaris identikal. Bahkan, terdapat kesan bahwa produksi keseluruhan album semata berakar dari viral hit mereka “Bentuk Cinta” dari tahun 2020 yang lalu. Sumbangsih gitar dari Louis Xander memang manis di telinga, namun sumbangsih produksi dari Yosua Gunawan terkadang one-dimensional. Alhasil, Eclat Story tampak bermain dengan nyaman, namun mereka jelas bermain terlalu aman.

Kesimpulannya, apakah ‘Bentuk Cinta (The Album)’ berhasil meluluskan Eclat Story dari akademi musik bernama Youtube Indonesia menjadi artis rekaman yang mumpuni? Jawabannya adalah iya. Namun, apakah ‘Bentuk Cinta (The Album)’ sejajar dengan debut istimewa para mantan cover artist seperti Raisa, Teddy Adhitya, dan GAC? Jawabannya adalah tidak. Ditambah lagi, kini persaingan musik folk pop semakin sengit dengan kehadiran musisi dan grup serupa seperti Suara Kayu, AVIWKILA, Tami Aulia, dan Chintya Gabriella. Saatnya bagi Yeshua Abraham, Louis Xander, dan Yosua Gunawan untuk menemukan apa yang sesungguhnya menjadikan mereka “orisinil” dan “berbeda”.

IN A NUTSHELL:

+ ‘Bentuk Cinta (The Album)’ memenuhi ekspektasi penggemar yang mengikuti tapak jejak Eclat Story sejak awal. Feel-good vibe yang terpancar dari album dieksekusikan dengan baik.

- Produksi album yang formulaic dan ketiadaan kejutan sepanjang 10 lagu belum berhasil menjadikan ‘Bentuk Cinta (The Album)’ sebagai LP yang istimewa.

RECOMMENDED TRACKS:

“Apa Yang Kan Terjadi?”, “Bentuk Cinta”, “Masih Bisa Sendiri”

ABOUT THE WRITER

Felix Martua is a writer, editor, traveler, curator, and cataloger for music, entertainment, and all things pop culture. He can be reached at martuafelix00@gmail.com

welly
More from Creative Disc