Melepas Rasa Kangen Masa Muda Lewat Penampilan Kings of Convenience

Oleh: luthfi - 24 Mar 2023

Foto: Hafiyyan Faza

Kings of Convenience yang diisi Erlend Øye dan Eirik Glambek Bøe ini sudah menjadi salah satu artis yang populer di Indonesia. Racikan musik akustik dan folk yang dibawakan selama empat album mampu menenangkan hati para pendengar musik Indonesia yang memang sangat senang dengan musik gitaran dan mellow.

Pengaruh Kings of Convenience atau yang akrab disingkat KoC oleh orang Indonesia sangat terasa di tiga album pertama mereka “Quiet Is the New Loud”, “Riot on an Empty Street”, dan “Declaration of Dependence”, berkat tiga album tersebut banyak anak muda di jamannya belajar gitar akustik untuk pertama kalinya dan menemukan keindahan suara di setiap petikannya. Berkat tiga album tersebut KoC berhasil mencetak banyak musisi folk dan akustik asli Indonesia pasca tahun 2010-an dan dalam satu dekade menjadi genre yang paling populer di belantika musik Indonesia.

Wajar saja jika penampilan KoC selalu ditunggu oleh penggemarnya di Indonesia, terutama di penampilan ketiga mereka di Indonesia setelah mereka lebih dari sepuluh tahun tidak pernah menyambangi Indonesia. Tiket penampilan mereka sudah habis terjual hanya dalam waktu hitungan jam padahal jarak waktu antara penjualan tiket dan konsernya hampir setengah tahun. Hal ini menunjukkan bahwa memang warga Indonesia sudah lama ingin dibuai kembali dengan petikan gitar halus dari dua orang Norwergia ini.

Penampilan ketiga mereka di Indonesia dibawa oleh Aksara Events yang merupakan divisi acara dari Aksara Records yang kembali dihidupkan di tahun ini setelah hampir “tertidur” selama puluhan tahun dan diadakan di Ritz Carlton Ballroom Hall Jakarta tempat mereka terakhir kali tampil 13 tahun silam dan diadakan pada 9 Maret 2023. Setelah Kurosuke dan Bilal Indrajaya menjadi penampil pembuka pada malam itu tibalah saatnya Øye dan Bøe membuka penampilan mereka dengan “Comb My Hair” dan semuanya langsung berteriak begitu keras ketika mereka berdua memetik gitar untuk pertama kalinya.

Semua penonton bernyanyi begitu keras di lagu “Rocky Trail”, “Cayman Islands”, “Angel”, dan “Killers”. Sebelum mereka melanjutkan lagu “Love Is A Lonely Thing” Øye sempat berkata bahwa ia membuat harapan untuk Indonesia karena ia melihat bintang jatuh. Di akhiran lagu ia sempat menyisipkan lagu dari White Shoes & The Couples Company “Bersandar” karena Øye sangat suka dengan WSATCC.

Meskipun bermain dalam format akustik, KoC terbukti sangat interaktif dengan para penontonnya mulai dari mengajak penontonnya menjetikkan jari diiringi lagu “Catholic Country” dan juga “Know How” yang mengajak penonton Indonesia mengisi posisi Feist yang menjadi kolaborator dalam lagu itu untuk bernyanyi bersama. Paduan suara massal terus menerus mengiringi sesi akustik KoC sampai Øye hampir tidak bisa mendengar suara gitarnya sendiri karena penonton Indonesia terus menerus bernyanyi di setiap lagunya.

Setelah sesi akustik KoC selesai mereka memanggil Paco Rosas di bass dan Jorge Aguilar di drums untuk masuk ke sesi lagu KoC yang upbeat seperti “Fever”, “Boat Behind”, “Rule My World”, dan puncaknya sebuah lagu yang sering diputar di radio ibu kota di pertengahan 2000’an “I’d Rather Dance With You”. Mereka turun panggung untuk sejenak dan ketika mereka kembali ke panggung mereka membawakan tiga lagu yaitu “Homesick”, “Me in You” dan “24-25” sebagai tiga lagu penutup dari penampilan mereka ketiga di Indonesia.

Selepas penampilan mereka berdua menyempatkan diri untuk menandatangani berbagai macam merchandise yang dilemparkan ke mereka, saking banyaknya merchandise yang dilempar untuk “dilegalisir” membuat KoC hanya mampu melakukan itu selama beberapa saat sebelum mereka akhirnya kecapekan dan menghilang ke ruang belakang panggung. Dari situ saja sudah terbaca bagaimana antusiasme para penggemar KoC melihat idolanya tampil lagi untuk ketiga kalinya ke Indonesia. Demografik penonton yang tak lagi muda pun seolah menandakan bahwa KoC adalah sebuah mesin waktu yang mampu membawakan penontonnya kembali ke memori mudanya ketika mereka sedang galau, ingin tenang dalam mengerjakan skripsi, atau kangen dengan kampung halamannya sambil mendengarkan untaian gitar dan ukulele dari Øye dan Erik.

luthfi
More from Creative Disc