Java Sounds Fair Day 2: Cody Simpson, Ipang, Tulus, Maliq & D'Essentials, and more!

Oleh: welly - 03 Nov 2014 | Views: 3

Malam minggu malam yang panjang, dan khusus di hari kedua SoundsFair, jadi malamnya ABG. Lengkapnya, ABG - Cody’s Angels. Could you imagine, they’re lining up in front of the gate from 3 PM?! Padahal Cody Simpsonnya sendiri baru naik jam 8.30 malam. Jadi daripada ngantri lama-lama, mendingan keliling-keliling, toh juga banyak penampilan seru di #SF14 Day 2.

Day 2

Maliq & D’Essentials jadi panggung pertama yang saya kunjungi. Cukup kaget, meski mereka sudah sering manggung di festival-festival, tapi venuenya tetep aja PENUH. Beneran, PENUH. Maliq & D’Essentials-pun semangat dan bisa bikin penonton yang datang ikut nyanyi dengan lagu-lagu macam Coba Katakan, Pilihanku, Setapak Sriwedari dan lainnya. Meski album terbarunya Cuma dijual online, tapi tetep aja penonton nyanyi dengan lagu terbaru dari album Musik Pop, Ananda dan Himalaya.

Ipang yang main di stage utama malam itu, rupanya cukup menarik perhatian. Tapi, maaf, Om Ipang, saya terjebak di stage .gif (baca: dot jif) yang benar punya magnet yang sangat kuat dengan kuping (saya, pribadi). Introducing .gif, duo music electro dari Singapore (Weish & Din) yang menawarkan rasa baru dari music electro, eksperimental, dan laidback. Salah satu track yang bikin bikin penonton puas adalah 11:59.

Apalah arti festival tanpa Music Project, #SF14 pun nggak mau ketinggalan bikin Music Project, dan Coldplay jadi tema project itu. Artis-artis gede seperti Sandhy Sondoro, Bams, Kikan, Sashi (Drew), dan Is (Payung Teduh), dipercaya membawakan lagu Coldplay mulai dari Trouble, Sky Full of Stars, Yellow, dan lainnya. Di panggung Music Project semuanya bernyanyi Coldplay, sementara di luar Cody’s Angels berteriak rusuh ingin bertemu idolanya: Cody Simpson.

Okay, Cody Simpson. Saya memilih nonton dari atas tribun, dan melihat betapa penuh sesaknya panggung (terutama di bagian depan). Sempat kepikiran “bagaimana nasib fans-fansnya di bagian depan itu, udah nunggu lama, nggak makan, terus desek-desekan”. Dan ternyata hal yang ditakutkan pun terjadi. Baru 2 lagu dimainkan, total 15 cewek sudah diangkat karena nggak kuat. But despite of that kind of tragedy, Cody Simpson tetap menawan (cewek-cewek, dan ibu-ibu) dengan lagu-lagunya: Love, Imma Be Cool, Surfboard, termasuk dengan mixed up dengan lagu John Mayer Neon, plus lagu Pretty Brown Eyes yang sukses bikin ABG itu nyanyi. And I think, Cody knows how to act. Sesekali dia menggoda yang nonton dengan bilang “Do you want me to take this (jacket) off?”, dan sontak aja semua pada jejeritan ngelihat Cody yang cuma pake sleeveless. Kalaupun ada hal yang disayangkan adalah pemilihan lagu encore yang ‘akustik’. iYiYi yang dulu dibawakan sama Flo-Rida, tapi dibawakan Cody, sendiri, dan akustik. Well, agak kurang cocok sebagai encore, tapi whatever, penampilan Cody tetep memukau dengan gimmick ngelempar pick gitar + stik drum yang dipakai di konser itu. Ada yang dapet?

Sementara ABG-ABG masih menantikan Cody (meski konsernya udah selesai), anak-anak Urban malah melipir di stage Poolside. Band dari Los Angeles ini emang memanjakan kuping pengunjung dengan lagu-lagunya yang sangat… ear catchy. Yeah. Lagu Slow Down, atau Do You Believe yang sukses bikin penonton goyang kece.

Kalaupun ada performance yang berhasil mencetak penonton terbanyak di #SF14, mungkin itu adalah Tulus. Meski Tulus ini ‘indie’, tapi ternyata lagunya fasih dinyanyikan oleh SEMUA penonton. Dan nggak perlu banyak gimmick bagi Tulus untuk bikin penonton sing-a-long. Cukup memainkan 3 detik lagu Sewindu, semuanya nyanyi. Atau lagu Jangan Cintai Aku Apa Adanya, Teman Hidup, Gajah, yang bisa membuat reflek memeluk pacar. Kalau nggak ada, mungkin peluk temen. Ya whatever, hawanya pengen meluk ajalah pokoknya.

So, malam minggu di Soundsfair? Boleh juga lah..

(Cung2 / CreativeDisc Contributors)

Membuka hari kedua, saya mengejar penampilan Marsh Kids di De Majors Stage. Band indie asal Jakarta yang merupakan gabungan beberapa personil band indie kenamaan seperti Ade Paloh (Sore), Bily Saleh dan Giovanni Rahmadeva (Polkawars), Binsar Tobing (San Teletone), Gonzo (Duckdive), serta Sigit Agung (Tigapagi). Maka tidak jarang beberapa orang menyebut band ini “supergrup band indie”. Album debut mereka berjudul “The Many Failings of Bugsy Moonblood” baru saja rilis 30 September lalu, dan pada penampilan di Java Sounds Fair kemarin mereka membawakan hampir seluruh lagu pada album tersebut. Nomor berjudul “Molly May”, “ El Camino”, dan “Cochese & The Eggplants” menjadi alasan bahwa Marsh Kids memberikan pengalaman berbeda bagi kita yang mendengar band asal masing-masing personil.

Pukul 19.30 ada sebuah project spesial yang tak mungkin dilewatkan. Iya, di hari pertama Java Sounds Fair saya melewatkan “Universounds Rise & Star” yang membawakan lagu-lagu terbaik The Beatles. Maka dihari kedua, sebuah proyek serupa yang digagas Yamaha, berjudul Yamaha Special Project yang membawakan nomor hits dari band Coldplay. Panggung Garuda Indonesia di ruang Cendrawasih 1&2 sendiri sudah penuh sesak, entah disebabkan kolaborator yang digandeng Yamaha malam itu membuat semua penasaran (Bams, Is “Payung Teduh”, Jubing Kristianto, Denny Chasmala, Budhi Haryono, Sandhy Sondoro, Kikan Namara, Sashi Gandarum, dll) atau karna memang publik Indonesia sangat memimpikan Coldplay untuk tampil di Jakarta.

Yamaha Special Project dibuka dengan “Shiver” yang dibawakan apik oleh Is vokalis band folk Payung Teduh, dilanjutkan Bams yang membuat koor massal pada lagu “A Sky Full Of Stars”. Tak berhenti disana, penonton diajak berdecak kagum ketika Jubing Kristianto membawakan “Clocks” versi instrumental. Dan tentu malam itu semua berebut ikut bernyanyi ketika Kikan Namara dengan hits Coldplay, “Fix You”.

Salah satu highlight di hari kedua Java Sounds Fair selain penampil di panggung utama, adalah The BRNDLS di A Create Zone, sehari sebelumnya bermunculan berita bahwa ini adalah panggung terakhir The BRNDLS, mereka memutuskan vakum untuk waktu yang tidak ditentukan. Alasan kesibukan masing-masing personil yang telah berkeluarga menjadi salah satu alasan utama. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri, bisa dilihat dari ramainya penonton yang tak mau melewatkan penampilan terakhir The BRNDLS. Malam itu mereka tampil lepas dengan lagu-lagu seperti “Start Bleeding”, “De Generate”, “Janji 1000 hari” dan “Dryland”. Frontman The BRNDLS, Eka Annash menjanjikan bahwa mereka akan kembali suatu saat nanti dengan musik yang lebih kencang. Terasa magis menjadi saksi sebuah pertunjukan terakhir, meski belum berakhir, rasa rindu pun sesaat hadir.

Panggung utama mulai menyedot perhatian setelah antrian penonton yang ingin masuk ke Plennary Hall tampak mengular, iya lebih ramai dari special show hari sebelumnya. Cody Simpson, bergabung dengan manajemen milik Scooter Braun dan tengah mempersiapkan beberapa proyek baru. Saya sendiri secara personal menyukai musik Cody, ia pun tak terlalu terlihat dalam gemerlap dunia teen-idol yang digandrungi sekarang. Mungkin itu pula yang membuat expose untuknya terasa kurang.

Penampilan malam itu teralihkan kejadian pingsannya penonton yang kebanyakan memang remaja wanita. Saya yang memilih menonton dari bangku tribun tentu malah disibukkan dengan menghitung berapa orang kira-kira yang pingsan dan harus dibantu petugas keamanan malam itu. Tapi Cody menunjukkan penampilan yang seutuhnya tidak hanya menyebabkan ABG berteriak histeris, ia tampil prima dan menunjukkan kemampuan memainkan gitar yang sepertinya memang ia asah dalam beberapa waktu terakhir. Hits seperti “Love”, “Pretty Brown Eyes”, “Angel” dan nomor favorit saya “Got Me Good” adala beberapa setlist Cody malam itu.

Satu penampilan yang tak ingin saya lewatkan malam itu adalah Leonardo & His Impeccable Six, band ini spesial, karena saya “berkenalan” pertama kali ketika Java Rockin’ Land 2011, saat itu masih dalam konsep solo, Leonardo. Kini dengan konsep baru dengan format big band, musik swing menjadi pilihan mereka. Penampilan yang menyegarkan, kini tugas berikutnya mencari rilisan fisik mereka.

Hari kedua ditutup dengan penampilan Tulus, jumlah penonton di Plennary Hall lebih ramai lagi, baik itu di bagian festival maupun tribun, sungguh. Tulus mampu menutup malam itu dengan manis, membuat mereka yang sendiri maupun dengan pasangan termangu dan tersenyum dalam buaian suara merdu dalam lagu-lagu seperti “Gajah”, “Jangan Cintai Aku Apa Adanya”, “Satu Hari Di Bulan Juni”, “Sepatu”, “Sewindu” dan single terbaru milik Pongki Barata “1000 Tahun Lamanya”. Tulus melunasi tanggung jawabnya sebagai headliner dan ia melakukan sebuah tugas yang besar dengan begitu ringan.

(Verdy / CreativeDisc Contributors)

Photo by Budi Susanto

Special thanks to Java Production Festival

welly