Exclusive interview With As It Is: Impian, Motivasi Dan Jati Diri.

Oleh: sheyla - 19 Apr 2016

Patty Walters, Ben Biss, Patrick Foley, Andy Westhead dan Alistair Testo, lima pemuda asal Brighton, Inggris, membentuk band pop-punk As It Is pada 2012. Saat ini, As It Is tergabung dalam label rekaman Fearless Records. Meskipun baru terbentuk empat tahun lalu, As It Is telah membentuk fanbase yang cukup besar di dunia musik pop punk. As It Is yang terhitung baru pun telah keliling dunia: dari negara asal mereka, Inggris, sampai Amerika. Dari Jepang sampai Australia.

As It Is telah merilis 4 EP Two Tracks (2012), Blenheim Place (2013), Blenheim Place Acoustic (2013), This Mind of Mine (2014) juga sebuah full album, Never Happy, Ever After (2015) yang disebut Majalah Rock Sound sebagai "everything a modern pop-punk album should be". Simak interview Creative Disc bersama band yang mendapatkan nominasi ‘Best International Band’ dalam Alternative Press Music Awards (APMAs) 2016 ini!

CD: Patty, dulunya kamu seorang youtuber aktif, suka bikin vlog dan cover lagu di YouTube. Akhirnya kamu perpisahan sama channelmu untuk fokus dengan As It Is. Apa itu sulit?

Patty: Itu salah satu keputusan tersulit yang pernah kubuat. Aku agak mengalami krisis identitas, aku merasa kehilangan bagian besar dari diriku saat menutup bab itu. Tapi semua usahaku di YouTube adalah untuk mewujudkan yang telah dan sedang kulakukan, jadi itu keputusan yang tepat dan satu-satunya keputusan untukku.

CD: Ben, dalam salah satu post instagrammu, kamu menulis tentang bagaimana teman-temanmu bilang kamu nggak cukup keren untuk datang ke Reading Festival. Tapi akhirnya, kamu berhasil tampil di panggung Reading Festival! Itu menginspirasi.

Ben: Ya, sampai sekarang, Reading Festival adalah salah satu acara favoritku. Waktu masih remaja, tiap tahun aku pasti datang ke Reading Festival dan bermimpi untuk tampil di panggungnya. Tahun lalu, mimpi itu jadi kenyataan. Aku membuktikan pada orang-orang yang meragukanku bahwa mereka salah, tapi itu bukan benar-benar aspek terpenting yang aku pegang. Orang-orang itu, yang bilang bahwa aku tidak akan jadi apa-apa dengan musik, malah mendorong diriku untuk terus berusaha. Tapi semua yang telah kami lakukan, kami lakukan untuk diri kami sendiri, bukan untuk orang lain.

CD: Apa cerita di balik nama “Never Happy, Ever After”? 

Patty: Lirik itu ada di bagian akhir ‘Sorry’. Saat akan memilih judul, kami suka bagaimana ‘Never Happy, Ever After’ menyimpulkan tema utama dari album ini. Kurasa itu benar-benar menggambarkan sikap merendahkan diri sendiri yang sesuai dengan lagu-lagu yang kami buat.

CD: Kebanyakan lagu kalian menceritakan jati diri seseorang yang sesungguhnya, yang tak bisa dilihat orang lain, seperti ketakutan dan keraguan. Apa yang menginspirasi cerita-cerita ini?

 Patty: Lagu-lagu yang menceritakan tentang ketakutan dan keraguan itu ditulis dari pengalaman hidup kami yang berjuang menghadapi segala ketakutan dan keraguan itu. Aku selalu merasa insecure, tidak cukup baik, dan terpinggirkan, dan itu menggambarkan diriku, juga sifat positifku. Itu juga menggambarkan bagaimana kita mengatasi dan belajar untuk hidup dengan sifat itu.

CD: Kalian sudah banyak tur dengan banyak band, dan beberapa band itu adalah band yang menginspirasi kalian untuk mulai bermusik, seperti Sleeping With Sirens. Bagaimana rasanya? Apa ada cerita menarik? 

Patty: Selalu luar biasa rasanya untuk tur dan berteman dengan band yang sangat berarti untuk kami. Fans kami selalu menyatakan kebanggaan besar mereka saat kami tur dengan band yang kami kagumi, dan itu rasanya hebat sekali! Salah satu band favorit Ben adalah Mayday Parade, dan seorang fans ngetwit Derek Sanders sebuah foto lama waktu Ben bertemu Derek di satu konser bertahun-tahun lalu. Ben malu banget dan itu super lucu!

CD: Kalian adalah salah satu band yang musiknya menginspirasi banyak fans untuk mengatasi masalah mereka seperti depresi dan anxiety. Apa ada cerita fans yang nggak bisa kalian lupakan? Apa pesan kalian untuk fans yang sedang berjuang menghadapi masalah mereka? 

Patty: Waktu tur pertama atau kedua kami, aku bertemu seorang gadis yang menceritakan tentang pikiran dan keinginan berbahaya yang dia punya. Kami ngobrol sebentar, dan waktu aku harus pergi, aku peluk dia dan bilang aku mau ketemu dia lagi di lain waktu. Waktu aku akhirnya ketemu dia lagi di tur berikutnya, dia bilang, waktu aku bilang “sampai jumpa di lain waktu”, itu memberinya hal positif untuk dia nantikan dan motivasi untuk tetap kuat hingga waktu berikutnya. Aku benar-benar berpikir ada sesuatu yang harus dikatakan tentang menemukan kejayaan kecil dalam dirimu seperti itu, kurasa itu menghasilkan perbedaan mendalam dan mendorong diri yang positif.


CD: Kalian baru saja merilis video Winter’s Weather. Video ini menarik karena ada dua versi diri kalian. Versi diri yang sedih yang memakai setelan, dan versi diri yang ceria yang memakai kaos dan jeans. Lalu diri versi yang memakai setelan menghancurkan cermin berisi diri versi ceria. Bisa ceritakan tentang konsep video ini? 

Patty: Winter’s Weather menceritakan tentang bergantung pada orang lain untuk menerima dan mengesahkan dirimu, bagaimana tak sempurnanya dirimu. Versi apatis diri kami yang memakai setelan menggambarkan bagian diri kami yang tak sempurna, dan diri yang bersemangat menggambarkan kami merasa lengkap dengan pengesahan itu. Di setiap waktu, kita punya dua diri yang memperebutkan keunggulan, dan itulah yang digambarkan adegan cermin dan perbandingan.

CD: Masing-masing dari kalian, apa album yang kalian harap kalian buat? 

Patty: Kuharap aku membuat ‘Plans’ dari Death Cab For Cute. Aku sangat terinspirasi oleh kemampuan menulis lirik Ben Gibbard, dan di album ini ada banyak lirik favoritku. Album ini indah, tajam dan abadi.

Andy: ‘Dookie’ oleh Green Day. Sebuah album abadi tentang kecemasan remaja yang selalu aku dengarkan sejak aku umur 12 tahun.

Foley: Self-titled milik Blink-182. Aku sangat suka album ini karena banyak alasan berbeda! Aku sudah jadi fans Blink-182 sejak sebelum album ini. Tapi menurutku album ini mendorong batasan pop punk. Keragaman dan kesederhanaan instrumen, dipadukan dengan kedalaman isi lirik membuat album ini sempurna bagiku! Ditambah, Travis sangat hebat!

Ben: Elliott Smith - Figure 8. Elliott Smith adalah penulis lagu favoritku sepanjang masa, progresi instrumentasi paduan nada dan keragaman album ini luar biasa. Penuh dengan kelemahan dan ketidaksempurnaan, album ini adalah salah satu album paling jujur dan paling menyakitkan yang pernah aku dengar, dan kuharap aku menulis album ini karena terdapat kedalaman emosional di dalamnya.

Ali: Satu album yang benar-benar kuharap untuk diriku jadi bagian dalam pembuatannya adalah Californication milik Red Hot Chili Peppers. Aku ingat waktu pertama kali aku mendengarnya, teman sekolahku punya kasetnya dan menyetelnya untukku waktu makan siang. Rasanya seperti pencerahan! Sebelumnya, aku selalu mendengarkan radio/tangga lagu pop (aku juga anak muda…) dan segera setelah riff pembuka dari ‘Around the World’ mengguncang gendang telingaku, aku jadi manusia yang berbeda. Itu benar-benar suara baru yang tak pernah aku dengarkan sebelumnya, dan itu membuatku memulai band pertamaku dan mulai bermusik! Aku masih selalu mengulang album ini dan membiarkannya menginspirasiku seperti waktu pertama kali aku dengarkan!

CD: Bagian dunia mana yang sangat ingin kalian kunjungi?

 Patty: Aku ingin sekali melihat lebih banyak Asia. Kami sudah tur di Jepang untuk pertama kalinya September lalu, dan aku benar-benar kagum dan takjub. Aku ingin sekali tur dan datang ke Indonesia, Singapura, Filipina, dan masih banyak lagi.

CD: Sebutkan 5 hal menarik yang orang tidak tahu tentang kalian. 

  1. Band kami dinamakan ‘As It Is’ dari lirik lagu ‘Life Is Hard Enough’ milik Have Heart
  2. Gadis di cover album ‘Never Happy, Ever After’ kami beri nama Eileen.
  3. Jumlah penonton paling sedikit yang pernah kami punya adalah tiga orang: satu orang pemain akustik yang membuka acaranya, dan dua orang lainnya adalah bartender tempat itu.
  4. Kami pernah satu pesawat dengan Suicide Silence, dan terjadi turbulensi yang parah, kami pikir kami semua akan tewas.
  5. Kami memberi penghormatan untuk ‘Ever So Sweet’ milik The Early November dalam lagu ‘Bitter, Broken Me.”

Teks:

Sheyla Ashari

sheyla
More from Creative Disc