Neon Lights Festival Singapore Day-1: Hujan, Lumpur, Dan Euphoria Seharian Penuh

Oleh: lauretha - 03 Dec 2016

Ini dia perjalanan tahun kedua Creativedisc.com untuk festival musik dan seni termeriah sepanjang tahun 2016 di Singapura. Festival yang digelar tiap tahun ini, membawa euphoria tersendiri bagi pecintanya termasuk kami tim Creative Disc yang beruntung menjadi salah satu media yang bisa meliput dalam acara ini.

Tahun ini, Neon Lights Festival masih digelar di venue yang sama, Fort Canning Park Singapura. Banyak sekali yang ditawarkan didalamnya, tidak hanya penampilan dari line up hari pertama saja yang membuat saya selalu kagum dengan event yang satu ini, namun banyak sekali performing arts yang juga bisa dinikmati oleh segala usia.

neon-light-festival

Day-1, kami tiba tepat pukul 16.00 waktu setempat dan disambut dengan jatuhnya hujan di sekitaran venue, semakin deras membuat kami tertantang untuk melihat apakah acara tetap berlangsung sesuai jadwal atau tidak. Well, seperti banyak festival yang telah dilangsungkan, azas “rain or shine event” juga berlaku disini. Mengawali kedatangan kami dengan menanti penampilan dari seorang musisi wanita asal Inggris yang memiliki suara yang sungguh menenangkan hati, Lucy Rose yang tampil di “Fort Gate Stage". Kedatangan kali ini bukanlah menjadi yang pertama baginya, Lucy Rose mengajak audiens bernostalgia dengan momen beberapa tahun lalu dengan fansnya. Sempat tertunda sejenak karena permasalahan tehnik bersamaan dengan derasnya hujan, dengan kesabaran sedikit ekstra akhirnya kami bisa menikmati penampilan Lucy Rose seutuhnya. Membawakan beberapa hits dari album pertamanya Like I Used To sebut saja lagu-lagu melankoli dan sangat menyayat hati seperti Night Bus, Shiver, Middle of The Bed dan tentu saja Bikes. Semakin hangat karena Lucy Rose terlihat sangat bahagia bernyanyi untuk kami dengan membawakan karyanya di album keduanya, Work It Out yang memiliki tempo yang lebih ceria seperti Our Eyes, Like an Arrow, Cover Up hingga lagu favorit kami Nebraska.

Chairlift Chairlift

Lengkap sudah setlist Lucy Rose, selanjutnya kami beranjak mengejar penampilan Chairlift di stage lainnya “Fort Green Stage", duo synthpop asal Brooklyn New York. Caroline dan Patrick yang selalu eksentrik dan menarik. Sayang, kami hanya ketinggalan beberapa lagu di penampilan menit-menit terakhir dengan beberapa list lagu seperti, Crying in Public, Moth to The Flame, Ch-Ching, Romeo dan Get Real sebagai lagu terakhir. Menyetarakan style dengan penonton, Nampak Chairlift tampil mengenakan poncho transparant seperti kami dan tetap memberikan penampilan terbaiknya yang masuk dalam rangkaian tour Asia dan Australia ini.

Next, dengan jadwal yang cukup membuat kami kewalahan karena terlalu banyak performer bagus dalam satu hari. Berlarian kesana - kemari sekali lagi dengan lumpur di kaki tak beralas kami, karena hujan yang cukup intens tentu saja venue yang merupakan salah satu lahan yang cukup hijau ini akhirnya harus becek dan berlumpur. But that’s how they rocked the festival, wasn’t it? Lupakan sepatu yang membuat langkah semakin berat, maka salah satu cara adalah dengan barefeet atau tak memakai alas kaki apapun berjalan di lahan penuh rumput dan lumpur ini.

Shura Shura

Shura, salah satu line up Neon Lights Festival yang tidak boleh kami lewatkan kali ini, kedatangannya untuk pertama kali ke Singapura membuat Shura yang bernama asli Alexandra Lilah Denton, sangat antusias melihat fansnya yang sudah sabar menantinya didepan stage. Musisi wanita asal Inggris yang sangat humble ini membawakan karyanya di album perdana “ Nothing’s Real”. Shura membawakan musiknya yang kental bernuansa synthpop era 80-an dengan lirik yang sangat mudah diresapi, sore itu beberapa setlist yang dibawakan adalah 2Shy, What Happened to Us?, Indecision, Nothing’s Real, What’s It Gonna Be?, dan tentu saja Touch yang menjadi lagu terakhir ditambahkan dengan aksi menjabat tangan penonton, bernyanyi dan mengucapkan “ THANK YOU FOR TOUCHING ME!”.

Bersamaan dengan penampilan Shura, di Fort Green Stage berlangsung penampilan dari salah satu line up kebanggaan Singapura, Gentle Bones, yang dulu sempat kita interview dalam project rilisnya album terbaru “Geniuses & Thieves”. Tampil dengan casual dengan huge support dari pecintanya, Joel Tan aka Gentle Bones truly lifted Singapore Music Scene to the next level.

Foals Foals

Semua orang sudah tidak sabar menunggu penampilan Foals yang menjadi salah satu aksi yang cukup digadang-gadangkan disini. Band Indie Rock asal Oxford,Inggris ini benar-benar memanaskan suasana Neon Lights Festival. Membuka histeria dengan hitsnya dari berbagai album karya mereka seperti beberapanya adalah Snake Oil, Olympic Airways, Cassius, Spanish Sahara, Mountain at My Gates, dan dua lagu encore What Went Down dan Two Steps, Twice. Semua penonton bersorak histeris mendapati Foals yang akhirnya kembali lagi tampil di Singapura.

Whole day euphoric, it is! Lanjutlah kami menuju stage Fort Gate menanti penampilan Crystal Castles, duo electronic noises asal kanada, Edith dan Ethan. Salah satu line up yang cukup panas dan cukup membuat penasaran para audiens.

Selain penampilan beberapa line up musik di Neon Lights, kami juga dapat menikmati art performances di beberapa side stages, seperti section Easy Street, The Rocking House, Neon Hooks dan Club Minky.

Neon Indian Neon Indian

Menutup kegilaan dan keseruan Neon Lights festival day-1, Neon Indian band beraliran electronic asap Texas ini tampir menutup rangkaian acara. Meski mendapati beberapa kesulitan teknis, namun Neon Indian tak gentar membuat kami berdansa dengan lumpur dikaki kami. Menutup hari dengan beberapa lagu seperti Deadbeat Summer dan Polish Girl.

Baiklah, karena kaki sudah kram, wajah cukup lelah, dan kaki berlumurkan lumpur, kami harus segera kembali ke penginapan dan beristirahat mempersiapkan keriaan hari kedua Festival Neon Lights, Singapura.

Teks: Lauretha Sudjono

Foto: Ardy

lauretha
More from Creative Disc