CreativeDisc Exclusive Interview with Maximillian: 'Beautiful Scars', Kisah Glow Up dari Masa Kecil Yang Traumatis

Oleh: lauretha - 14 Jul 2020

Maximillian adalah seorang musisi muda yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Dia masih berusia 21 asal Copenhagen, Denmark, Maximillian hadir dengan single hitsnya berjudul Beautiful Scars dan menjadi salah satu playlist milenial masa kini. Creative Disc ingin berkenalan dan mendalami apa yang ada di benak seorang pria yang hangat dan sangat kreatif untuk menjadikan masa lalu yang suram menjadi rangkaian karya yang menghibur penggemarnya.

Simak interviewnya berikut ini:

CD: Hai, Maximillian! Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk kami. Kalau boleh bercerita sedikit bagaimana sih awalnya sampai kamu memutuskan untuk mendalami karir di industri musik ini?

Max: Sebenarnya aku adalah anak yang suka menyanyi sejak kecil, tapi aku punya masa kecil yang cukup kurang menyenangkan. Aku adalah anak “broken home”. Kamu tahu kan bagaimana orang tua kita terus terus bertengkar tiap saat namun mereka masih hidup bersama. It’s like they stayed together but they don't wanna be together. Hal ini membuatku menjadi cukup tertekan saat itu. Dan saat aku bisa mengekspresikan emosiku, ternyata hal yang bisa menyelamatkanku adalah menyanyi. Saat itu aku masih remaja dan ayahku mengajakku untuk menonton konser Pink Floyd. Aku bahkan tidak tahu lagu seperti apa yang dibawakan oleh Pink Floyd kala itu. Nah, justru dari situ adalah suatu hal yang sangat tak terduga. Saat aku lihat set up visual stage yang sangat provokatif dengan tampilan tembok dan merobohkannya, dan saat itu juga mereka menyanyikan hits “Another Brick In The Wall”. Pink Floyd memerikanku sebuah inspirasi pada saat chorus dinyanyikan “We don’t need no education!”. Setelah itu usiaku masih 13 tahun, dan selama 2 tahun aku berusaha mencari apa yang aku inginkan. Aku sempat juga dikeluarkan dari sekolah karena aku termasuk siswa yang cukup sulit untuk diatur saat itu. Aku merasa sangat kesepian, tak punya teman untuk mendengarkan masalahku. Lalu, aku memutuskan untuk mengambil sekolah musik dan tinggal di sebuah asrama, disinilah aku mendapatkan banyak pelajaran kehidupan dan bersosialisasi. Ternyata musik adalah jawaban dari keinginanku. Aku ingin membuat karya dimana orang bisa mendengarkan dan mendapatkan semangat dari situ. Semua emosi ada pada saat aku membuat sebuah lagu. Bahkan lagu Beautiful Scars adalah sebuah lagu yang menggambarkan bagaimana aku mengalami hal yang cukup buruk dan aku bisa melewatinya dan melihat kembali apa saja hal telah membuatku menjadi lebih baik dan menerima diri kita apa adanya. Lupakan orang-orang yang menginginkan mu jatuh, kamu harus terus berjalan.

CD: Bagaimana dengan mini album, "Still Aliv"e. Apakah itu merupakan ungkapan rasa syukur karena sekarang kamu sudah mendapatkan banyak pelajaran dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi?

Max: Nah itu dia. Album "Still Alive" memang menceritakan tentang bagaimana aku bertahan hingga saat ini. Seperti lagu 'Crossroads' adalah sebuah kisah perjalananku yang sebenarnya, dari Copenhagen menuju sekolah asrama. Di sepanjang jalan aku harus mengingat bagaimana aku meninggalkan semua temanku di tempat tinggalku. Dan tentu saja ini adalah sebuah lagu perjuangan, bertahan hidup dan sebuah hal yang bisa aku kenang kembali. Aku bisa melakukan hal yang lebihi baik sejak tahun-tahun yang cukup kelam itu. I survive! Thank you for asking.

CD: Pada saat pandemi COVID-19 menyerang semua negara, dan kamu tinggal di Eropa. Bagaimana cara kamu melewati masa karantina dan lockdown di Denmark dan menjaga keseimbangan mental saat hal sulit ini terjadi?

Max: Di negaraku sebenarnya angka kasus pandemi nya tidak terlalu tinggi dibanding negara lain, dan semua orang langsung membuat tindakan yang bisa menyelamatkan diri sendiri dan keluarga. Seperti kota mati, semuanya lengang. Denmark sudah cukup melakukan tindakan precaution dan masyarakat cukup patuh dengan aturan saat pandemi, saling bekerja sama. Dan dalam pandemi ini aku merasakan hal yang sangat berbeda karena orang mulai lebih dekat dengan keluarga mereka. Aku mulai bisa memasak hal yang baru, meski aku sangat benci diam dirumah terlalu lama. Aku suka bersepeda sesekali dan aku pernah melihat sepasang kekasih di jalan dan mereka masih bergandengan tangan meski jalanan cukup sepi akhir-akhir ini. Aku berusaha untuk lebih positif meski aku merasa sangat tertekan tapi saat ini aku sudah merasa lebih baik. Aku juga telah melakukan tes untuk COVID-19 dan hasilnya negatif sehingga aku bisa membuat kembali karya dan kembali ke studio. Hal yang cukup menantang tapi aku merasa ini adalah hal yang pasti nanti berlalu dan kita harus menjadi lebih kuat melewati ini semua dan juga untuk orang lain.

CD: Nama Maximillian akhir-akhir ini cukup terdengar di Asia Tenggara dan beberapa negara lainnya juga. Setelah New Normal ini berlangsung apakah kamu juga tak sabar ingin mengunjungi penggemarmu?

Max: Tentu saja aku sangat ingin mengunjungi banyak negara. Usiaku masih sangat muda dan sangat ingin menjelajah tempat baru. Seperti di Asia Tenggara. Seketika semua hal ini membaik dan kita bisa bepergian lagi aku sudah sangat tak sabar untuk mengunjungi semua penggemarku dan penikmat musikku.

CD: Max, waktu kita sangat terbatas tapi kami sangat berterima kasih untuk kesediaanmu untuk berbincang dengan CreativeDisc. Last but not least, bolehkah kamu memberikan sedikit pesan dan semangat untuk penggemar mu di Indonesia.

Max: Terima kasih untuk semangat kalian selama ini. Ini adalah hal yang sangat memberikan semangat padaku untuk bertahan dan bersyukur untuk semuanya. Aku membaca semua kisah penggemarku dan mereka bercerita bagaimana lagu 'Beautiful Scars' memberikan support untuk hidup mereka dan itu sangat membahagiakan bagiku. Terima kasih banyak untuk kalian semua.

Senang sekali bisa berbincang dengan seorang Maximillian, yang sangat hangat dan menginspirasi dengan semangat berkarya yang positif dan bagaimana perjuangannya untuk bisa bangkit dari sebuah keterpurukan masa lalu. Simak video interview CreativeDisc bersama Maximillian berikut ini:

Interview and text by Lauretha Sudjono

Special Thanks to Universal Music Indonesia

lauretha
More from Creative Disc