Cassadee Pope Bergumul dengan Status Artis Indie dalam ‘Rise and Shine’

Oleh: welly - 24 Mar 2021

Album ketiga Cassadee Pope ini mendokumentasikan transisi karir dengan hasil yang manis di telinga sekaligus meresahkan di hati

Cassadee Pope punya masalah. Terlepas dari apakah artis country berusia 31 tahun ini bersedia untuk mengakui atau tidak, karir bermusik yang dijalaninya tidak berjalan mulus. Memang betul, pasca kemenangannya di ajang kompetisi bakat The Voice USA pada tahun 2012 silam, Cassadee Pope sempat menjadi “Country’s Hottest It-Girl” berkat album debutnya (‘Frame by Frame’, 2013) yang mencapai posisi satu. Sempat muncul sentimen bahwa Cassadee Pope akan menjadi pewaris jenjang prestasi Taylor Swift. Rasa-rasanya titik awal sebuah karir tidak bisa lebih manis daripada ini.

Sayangnya, apa yang terjadi setelahnya adalah mimpi buruk semua alumnus ajang kompetisi bakat: Cassadee Pope kesulitan mempertahankan momentum. Berbagai upaya follow-up yang tidak memenuhi ekspektasi memaksa Cassadee Pope untuk berpisah dengan pihak label. Cassadee Pope pun memutuskan untuk “back to basic” dan menjadi artis independen, kemudian merilis album kedua (‘Stages’, 2019) yang digadang lebih merefleksikan jati dirinya. Akan tetapi, momentum yang lenyap dan karya independen yang dipandang tidak istimewa belum berhasil menciptakan kemenangan kedua bagi Cassadee Pope. Apa yang sesungguhnya terjadi di sini?

Di tengah kondisi pandemik, Cassadee Pope kembali menorehkan upaya terbaiknya melalui LP ketiga bertajuk ‘Rise and Shine’. Berbeda dengan karya sebelumnya, keseluruhan produksi ‘Rise and Shine’ dikemas dengan akustik. Di sini Cassadee Pope hendak memamerkan estetika yang lebih murni dan puitis, dengan prioritas utama yakni mengedepankan lirik dan vokal ketimbang produksi bak kembang api musim panas. Is the third time really a charm?

Mengesampingkan reputasi Cassadee Pope, sesungguhnya ‘Rise and Shine’ adalah album yang solid. Vokal Cassadee Pope yang jernih namun powerful berhasil mengangkat koleksi 8 track yang notabenenya tipikal musik country pop. Produksi “stripped down” yang diterapkan oleh Cassadee Pope (usaha pertamanya sebagai seorang produser) menjadikan ‘Rise and Shine’ sebagai LP yang sangat “easy-listening”. Ketiadaan banjo dan biola dan gaya penuturan lirik yang lebih menjurus ke city pop ketimbang honky-town south juga memberikan daya tarik universal. Mungkin ‘Rise and Shine’ bukanlah album country yang otentik di mata para pelaku musik di Nashville, namun ‘Rise and Shine’ bisa saja menjadi album kesukaan di belahan Bumi yang berbeda.

Bicara soal lirik, ‘Rise and Shine’ juga seolah-olah menawarkan dua cerita yang berbeda: tumbuh kembang Cassadee Pope sebagai seorang manusia dan (surprise!) apa yang sesungguhnya terjadi sehingga dia seolah-olah “downgrade” dari artis label mainstream menjadi musisi independen. Track pembuka (“Let Me Go”) menceritakan tentang konflik yang, bila dikritisi lebih dalam, belum tentu secara spesifik adalah konflik sepasang kekasih. Track nomor enam “Rise and Shine” bisa diartikan sebagai motivasi diri di tengah penderitaan bersama sekaligus tepukan bahu setelah pemutusan kontrak rekaman. “Sand Paper” memberikan kesan yang lebih gamblang mengenai masa lalu Cassadee Pope ketika dia masih menjadi artis label mainstream (‘Try to smooth out my edges, but what you don't get is’/’I told you that this is who I am’/’You can't change me now or later like sand paper’). Track penutup (“Built This House”) seolah-olah menjadi requiem Cassadee Pope untuk gemilang tahun 2012 yang begitu fana (‘So I checked out, left it all behind’/’Had to start over, but that’s alright’).

Terus terang, di masa kini narasi “label tidak satu visi dengan artis” sudah sama klisenya dengan dongeng romansa Disney. Setelah menyimak kesaksian Cassadee Pope di dalam LP ini, sudah sepantasnya bagi pendengar (termasuk, jika memungkinkan, Cassadee Pope sendiri) untuk bertanya: apakah Cassadee Pope bertumbuh kembang atau justru kalah telak? Ditambah lagi, keseluruhan LP, meskipun manis di telinga, tidak menunjukkan kehadiran sebuah hit single di dalamnya. Jangan salah, Cassadee Pope berhasil membuktikan dirinya sebagai singer-songwriter yang mampu menggarap hook yang adiktif (“Hoodie”, “Counting on the Weather”), namun di mana persisnya hook ini sanggup bernaung? Lagu-lagu ini tidak cukup “country” untuk didendangkan di radio musik country, tidak cukup “pop” untuk merajai streamers, dan tidak cukup “global” untuk menjadi viral hit internasional.

Kesimpulannya, ‘Rise and Shine’ memiliki semua rempah yang dibutuhkan kecuali satu bahan pokok yang vital: ambisi. Industri musik country memang adalah arena pertarungan yang kejam. Akan tetapi, sangat disayangkan melihat wanita muda berbakat seperti Cassadee Pope meredupkan sinarnya hanya karena sempat mencicipi satu-dua kekalahan. Mungkin sebaiknya penggalan lirik “Sand Paper” tersebut dibalik menjadi sebuah pertanyaan: are you sure this is who you are, Cassadee Pope?

IN A NUTSHELL:

+ ‘Rise and Shine’ menjadi bukti bahwa Cassadee Pope adalah salah satu vokalis dan songwriter paling underrated di industri musik country modern

- Bila diibaratkan, ‘Rise and Shine’ lebih terlihat seperti bendera putih ketimbang lonceng kemenangan

RECOMMENDED TRACKS:

“Hoodie”, “Counting on the Weather”, “Sand Paper”

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah penulis, editor, traveler, kurator, dan cataloger bilingual (Bahasa Inggris dan Indonesia) untuk musik, hiburan dan all things pop culture. Felix bisa dihubungi via martuafelix00@gmail.com

welly
More from Creative Disc