Feel Koplo Menolak Bermain Aman dalam ‘A Culture A 6’

Oleh: welly - 23 Mar 2021

Duo beraliran “dangdut akulturasi” ini menawarkan debut paling bernyali di tahun 2021 (sejauh ini)

Terdapat dua keunggulan yang dimiliki artis yang bernaung di bawah label indie. Keunggulan pertama, sang artis kerap kali beroleh dukungan maksimal untuk mengeksplor apa yang menjadi estetika musiknya. Keunggulan kedua, sang artis kerap kali beroleh kesempatan untuk merilis EP (atau bahkan LP) tanpa perlu memakan waktu lama. Album pertama (dan bukannya standalone single) tidak hanya memberikan kesempatan bagi sang artis untuk memperkenalkan dirinya secara mantap, tapi juga menjadi pembelajaran bagi sang artis mengenai “what works and what doesn’t”. Semakin unik estetika sang artis, semakin ‘dibutuhkan’ kehadiran album debut tersebut.

Satu hal yang sangat jelas: Feel Koplo bukan artis biasa. Duo electronica asal Bandung ini tidak tanggung-tanggung menyuarakan estetika musik mereka sebagai titik temu antara “musik populer” dan “musik arus pinggir”. Duo yang terdiri dari Maulfi Ikhsan dan Tendi Ahmad ini hendak mengelevasi ranah musik dangdut dengan imbuhan electronica modern alias “dangdut akulturasi”. Memperkenalkan subgenre baru bukan pekerjaan mudah, apalagi bila dikerjakan oleh artis yang masih hijau di industri musik. Akan tetapi, rilisan pertama mereka (hit Weird Genius & Yellow Claw “HUSH” yang diproduksi ulang oleh Feel Koplo tahun 2020 yang lalu) terbukti menjadi sleeper hit yang mengesankan.

EP debut mereka ‘A Culture A 6’ menawarkan keseimbangan yang cukup strategis dalam tujuannya sebagai bentuk perkenalan diri di industri musik Indonesia. ‘A Culture A 6’ terdiri dari 3 lagu orisinil (“Hura-Haru”, “Akulturasik”, “Angin Berderu Kencan”) dan tiga remix dari lagu artis lain (“Berdiri Teman”, “Hari Untukmu”, “Gurita Kota”). Dari segi lirik, ‘A Culture A 6’ mengusung tema seputar teknologi dan kehidupan metropolitan. Akan tetapi, produksi “dangdut akulturistik” yang kelewat menonjol cenderung menutupi signifikansi lirik. Sepanjang 6 lagu dan 22 menit, Feel Koplo meracik musik dangdut dengan membubuhkan warna lain seperti hip hop, rock, electronica, dubstep, trip hop, synth-pop, funk, dan folktronica. Apakah genre fusion ini terkesan berlebihan? Mungkin saja. Namun, sejak detik pertama hingga detik terakhir EP, Feel Koplo menolak bermain aman. Bahkan di kalangan artis-artis veteran, nyali sebesar ini termasuk langka.

Tentu saja, tidak ada kesempatan tanpa risiko dan tidak ada risiko tanpa imbalan yang sepadan. “Angin Berderu Kencan” menggabungkan lyrical content khas musik dangdut dengan atmosfer rap dan folktronica. “Akulturasik”, yang tampaknya sengaja menjadi centerpiece album, seolah-olah membayangkan bagaimana jadinya jika Diskoria banting setir dari ranah musik disco menuju dangdut. Remix “Gurita Kota” (pertama kali dibawakan oleh band indie rock The Panturas) menyibakkan fakta tersembunyi bahwa dangdut dan rock adalah saudara sepupu. Visi dan ambisi Feel Koplo terasa dalam setiap track EP ini. Pada akhirnya, bukankah itu kualitas yang paling dibutuhkan seorang artis pendatang baru? Ambisi.

Terlepas dari keberanian Feel Koplo, ‘A Culture A 6’ tidaklah luput dari ketidaksempurnaan. Meskipun keinginan Feel Koplo untuk mengelevasi musik dangdut patut diacungi jempol, ada kalanya mereka terjebak dalam klise dangdut (“Hura-Haru”, “Berdiri Teman”) sehingga apa yang seharusnya menjadi karya musik yang inovatif terdengar seperti iringan karnaval. Bicara soal klise, salah satu faktor utama yang menjadikan musik dangdut begitu spesial adalah vokal. Lagu-lagu dangdut terbaik Indonesia berhasil meraih status abadi berkat presentasi vokal yang sangat istimewa dari legenda hidup seperti Elvy Sukaesih, Caca Handika, dan Rita Sugiarto. Feel Koplo masih perlu belajar mengenai bagaimana caranya menyeimbangkan produksi musik yang kompleks dengan vokal yang khas, berkarisma, sekaligus mampu menyatukan segala macam genre fusion yang mereka bubuhkan (“Akulturasik”, “Angin Berderu Kencan”). Ketika setiap track ditimbang, patut diakui bahwa faktor vokal lah yang menyebabkan track daur ulang lebih menarik ketimbang track orisinil.

‘A Culture A 6’ adalah debut yang sangat bernyali. Apakah EP ini akan berhasil meraup kesuksesan mainstream? Hanya waktu yang bisa menjawab. Genre fusion bisa menjadi suatu ‘tantangan’ bagi segmen pendengar musik tertentu. Berkat EP ini, setidaknya Feel Koplo telah memperkenalkan diri mereka dengan layak dan mengetahui “what works and what doesn’t”.

IN A NUTSHELL:

+ ‘A Culture A 6’ menjadi salah satu album debut paling unik di tahun 2021 dan memperkenalkan estetika Feel Koplo secara menyeluruh.

- Genre fusion dan produksi kompleks yang ditawarkan Feel Koplo mungkin akan menjadi tantangan bagi sebagian pencinta musik. Aspek vokal juga masih bisa dikembangkan lebih jauh.

RECOMMENDED TRACKS:

“Akulturasik”, “Angin Berderu Kencan”, “Gurita Kota” (Feel Koplo Remix)

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah penulis, editor, traveler, kurator, dan cataloger bilingual (Bahasa Inggris dan Indonesia) untuk musik, hiburan dan all things pop culture. Felix bisa dihubungi via martuafelix00@gmail.com

welly
More from Creative Disc