Zara Larsson (Berjuang) Menjadi Istimewa dalam ‘Poster Girl’

Oleh: welly - 11 Mar 2021

Di album ketiganya, Zara Larsson tidak hanya berhadapan dengan tekanan dari rekan sejawat, tetapi juga ekspektasi dari legenda Scandipop pendahulunya.

Sepanjang sejarah musik modern, beberapa negara tertentu kerap menonjol sebagai pencetak artis berbakat yang berhasil mengibarkan estetika mereka di kancah internasional. Contoh yang paling mudah dilihat adalah Amerika Serikat (Aretha Franklin), Inggris (Stormzy), Kanada (The Weeknd), Korea Selatan (BLACKPINK), Jepang (Hikaru Utada) dan, tentu saja, Swedia. Negara Viking tersebut telah melahirkan legenda Scandipop seperti ABBA, Roxette, Ace of Base, dan Avicii. Tentu saja, para pemain muda Swedia mulai menyeruak untuk bergabung ke dalam klub prestisius tersebut. Zara Larsson adalah salah satunya.

Bila dilihat secara keseluruhan, jalan peluru karir wanita muda berusia 23 tahun ini dapat dideskripsikan sebagai ‘rapi’. Pertama kali dikenal publik sebagai gadis cilik pemenang kompetisi bakat, Zara Larsson merebut hati dan atensi tanah kelahirannya terlebih dahulu (‘1’, 2014) sebelum merengkuh tantangan kelas internasional. Berkat kesuksesan album keduanya (‘So Good’, 2017), Zara Larsson berhasil menjadi salah satu artis Swedia dengan penjualan musik worldwide terbesar sepanjang sejarah musik modern (peringkat satu, hingga artikel ini disusun, masih dipegang oleh ABBA).

Sejauh ini, tampak bahwa Zara Larsson meniti karirnya selangkah demi selangkah. Langkah berikutnya? Sesuai dengan judul album terbarunya, Zara Larsson hendak mengukuhkan dirinya sebagai bintang pop dunia melalui ‘Poster Girl’.

‘Poster Girl’ pada dasarnya adalah wadah Zara Larsson untuk mendalami genre yang sejak lama terbukti menjadi keunggulannya, yakni Scandipop dan dance-pop. Kali ini Zara Larsson tampak lebih percaya diri tanpa harus terlalu bersikeras (“WOW”, “Poster Girl”). Beberapa track berhasil merefleksikan sisi Zara Larsson yang lebih santai ketimbang karya-karya sebelumnya (“Talk About Love”, “What Happens Here”, “I Need Love”). Terlepas dari itu, sama halnya dengan album-album sebelumnya, Zara Larsson paling bersinar ketika menikahkan anthem stadium dengan irama dansa nyaris cadas (“Ruin My Life”, “Look What You’ve Done”).

Beberapa track menampilkan eksperimen baru yang tidak terlalu menyimpang dari identitas Zara Larsson yang publik kenal hingga saat ini. Ada kalanya Zara Larsson mencontoh blueprint Dua Lipa dengan membubuhkan atmosfer disko ke dalam produksi modern (“Need Someone”, “Right Here”) dan ada kalanya Zara Larsson seolah-olah memanjatkan homage untuk legenda Scandipop pendahulunya (“Love Me Land”, “FFF”). Rasa-rasanya ABBA, Robyn dan Tove Lo akan merasa tersanjung dengan beberapa track di dalam ‘Poster Girl’.

Kabar baiknya, ‘Poster Girl’ adalah album pop yang dieksekusi dengan baik. Ketiadaan balada dan produksi yang ‘gelap’ justru membuat album ini menjadi karya escapism yang manis a la 'Future Nostalgia' milik Dua Lipa. Kabar kurang baiknya, terlepas dari angka fantastis yang berhasil diraup Zara Larsson di platform streaming, ‘Poster Girl’ masih belum berhasil membawanya sebagai bintang pop dunia bak 'Future Nostalgia' bagi Dua Lipa. Mengapa demikian?

Patut diakui, Zara Larsson berhadapan dengan prestasi raksasa para pendahulunya. Ditambah lagi, prestasi lima dekade tersebut telah menyulap Scandipop sebagai genre yang sangat mainstream. Alhasil, ekspektasi untuk menciptakan karya Scandipop yang istimewa menjadi semakin mustahil seiring berjalannya waktu. Terlepas dari nuansa feel-good yang nyaris tidak tertahankan, ‘Poster Girl’ belum menjadi mahakarya Scandipop bak ‘Body Talk’ (Robin) atau ‘Queen of the Clouds’ (Tove Lo).

Faktor lainnya yang turut berperan adalah Zara Larsson yang masih belum mengukuhkan apa yang menjadi ciri khas miliknya. Bagi pendengar awam, besar kemungkinan mereka tidak bisa membedakan Zara Larsson dari artis muda seangkatannya seperti Anne-Marie, Ava Max, Bebe Rhexa, dan bahkan rekan duetnya Sabrina Carpenter (“WOW” - Remix). Ketika disejajarkan dengan mereka, sesungguhnya Zara Larsson keluar sebagai artis dengan kekuatan vokal yang paling mumpuni. Karya-karya populernya seperti “Never Forget You”, “Ain’t My Fault”, dan “Ruin My Life” tidak hanya menghadirkan euforia milenial, tetapi juga dinamika vokal yang di atas rata-rata. Sayangnya, ada kalanya produksi Scandipop dan dance-pop yang sengaja berorientasi pada selera pendengar musik mainstream menyebabkan kualitas langka ini terkesan dikekang.

Kerap kali hanya ada dua opsi yang bisa ditempuh seorang artis untuk membawa karirnya ke stratosfer lebih tinggi: mendalami apa yang menjadi keunggulan sang artis hingga mencapai titik dasar lautan atau mengeksplor sesuatu yang baru. ‘Poster Girl’ mengindikasikan bahwa besar kemungkinan Zara Larsson lebih baik menempuh opsi nomor dua. Zara Larsson memiliki karakter yang relatable, dinamika vokal yang matang, dan semangat muda yang tahan banting. Sayang rasanya bila kualitas tersebut hanya diekspresikan dengan genre tertentu semata.

IN A NUTSHELL:

- ‘Poster Girl’ adalah album dengan produksi yang efektif, kohesif, dan menawarkan karya bernuansa feel-good yang pastinya disukai pendengar usia muda

- ‘Poster Girl’ belum secara total mengeksplorasi potensi penuh seorang Zara Larsson, menjadikan album terkesan ‘tanggung’ dan kurang istimewa

RECOMMENDED TRACKS:

“WOW”, “Poster Girl”, “Ruin My Life”

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah penulis, editor, traveler, kurator, dan cataloger bilingual (Bahasa Inggris dan Indonesia) untuk musik, hiburan dan all things pop culture. Felix bisa dihubungi via martuafelix00@gmail.com

welly
More from Creative Disc