10 Musik Terbaik Garapan Petra Sihombing

Oleh: welly - 15 Apr 2021

Sidik jari tangan dingin yang mencakup musik indie, jazz, underground, hingga pop Top 40

Petra Sihombing merupakan sosok yang unik di industri musik Indonesia saat ini. Di luar karirnya sebagai artis solo, pemuda berbakat berusia 29 tahun ini memiliki portofolio musik yang sangat beragam selaku songwriter dan produser. Bila harus merangkum, keunggulan Petra Sihombing sebagai songwriter/producer adalah kemampuannya meracik musik yang tidak biasa namun sanggup bernaung di ranah musik indie sekaligus ranah musik mainstream. Bahkan, melihat banyaknya sidik jarinya di karya-karya musik modern, rasanya seseorang baru bisa mengatakan dirinya sebagai seorang “artis” setelah empunya karya musik garapan Petra Sihombing.

Berikut adalah 10 karya musik garapan terbaik Petra Sihombing sejauh ini—entah sebagai songwriter, produser, atau keduanya—menurut CreativeDisc.

10. Nadin Amizah – “Beranjak Dewasa” (2020)

Memasuki semesta unik Nadin Amizah bukanlah permintaan yang mudah bagi seorang produser. Akan tetapi, “Beranjak Dewasa” berhasil menjadi balada folk yang sepenuhnya milik Nadin Amizah berkat eksekusi yang sangat melebur dari Petra Sihombing. “Beranjak Dewasa” juga menjadi contoh nyata mengenai bagaimana sang songwriter/producer selalu memahami (dan menerima) sepenuhnya individualisme artis yang menjadi ‘klien’-nya.

9. Tulus – “Labirin” (2018)

“Labirin” tidak hanya menjadi satu lagi cetak sukses Tulus di tangga lagu, tetapi juga menjadi pembuktian Petra Sihombing bahwa musisi indie lebih dari sanggup untuk menggarap musik pop Top 40. Apakah “Labirin” juga menandakan kolaborasi antara keduanya untuk album studio keempat Tulus? Hanya waktu yang bisa menjawab.

8. Dere – “Kota” (2020)

Petra Sihombing dan Tulus terbukti kembali bersua—namun sebagai arsitek di balik penggarapan karya musik perdana Dere. “Kota” memang memuat produksi indie pop Petra Sihombing yang tidak biasa dan lirik observatif yang selalu menjadi ciri khas Tulus. Akan tetapi, presentasi Dere (yang masih berusia 18 tahun) berhasil menyamai presensi keduanya berkat infleksi vokal yang tidak kalah uniknya.

7. Coldiac – “Don’t (Love Me)” (2019)

Rasanya bukanlah kejutan mengetahui Petra Sihombing sanggup memproduseri karya musik beraliran rock. Bahkan, “Don’t (Love Me)” yang dibawakan oleh band indie asal Malang ini menjadi contoh nyaris ideal mengenai apa yang sanggup ditawarkan oleh musisi indie—yang belum tentu sanggup diciptakan oleh musisi label mainstream. Liar dan berkarisma, rasa-rasanya sungguh aneh melihat band dengan karya istimewa seperti “Don’t (Love Me)” belum beroleh atensi internasional.

6. Rock N Roll Mafia feat. Petra Sihombing – “Intoxicated” (2017)

Apakah “Intoxicated” adalah musik pop? Atau rock? Atau disco? Rasa-rasanya pertanyaan tersebut tidaklah penting bagi Rock N Roll Mafia dan Petra Sihombing sebagai co-writer. Bagi penggemar musik underground, mungkin mereka telah memahami betul bahwa bertemunya kedua sosok ini sama memukaunya dengan kolaborasi antara Afgan dan Raisa. Tidak heran Petra Sihombing semakin sering diundang untuk mengerjakan proyek eklektik pasca “Intoxicated”.

5. Enrico Octaviano, Hindia, Petra Sihombing & Rubina – “Tidak Ada Salju Di Sini, Pt. 1” (2018)

Pada penghujung tahun 2018, Petra Sihombing Bersama Hindia, Enrico Octaviano, Krautmilk, dan Rubina merilis EP Natal yang bertajuk ‘Tidak Ada Salju Di Sini’ (dan untuk memperjelas saja: ini bukan EP Natal yang berisikan lagu gospel ala “O Holy Night”). Khususnya untuk track pembuka “Tidak Ada Salju Di Sini, Pt. 1”, Petra Sihombing selaku co-performer dan co-producer membebaskan ekspresinya dalam karya musik eklektik yang menggabungkan dream pop dan nuansa musik indie pop yang populer sepanjang lima tahun terakhir. Bagi pecinta musik yang ingin menikmati akhir tahun dengan sesuatu yang berbeda, EP yang satu ini patut dicoba di telinga.

4. Eva Celia – “Selfish” (2019)

Petra Sihombing memproduseri artis jazz pop? Kenapa tidak. Rasanya sulit menolak kesempatan untuk bekerja sama dengan Eva Celia, Mikha Angelo (selaku co-writer), dan Demas Narawangsa (selaku co-producer). Hasilnya pun melampaui ekspektasi pendengar musik—yakni karya musik jazz pop yang sanggup menjadi entah crowd pleaser atau bedroom jam.

3. Sheryl Sheinafia – “okay” (2020)

Kala itu Sheryl Sheinafia memiliki misi raksasa: menciptakan transisi nyaris 180o dari idola remaja beraliran easy-listening pop menjadi singer-songwriter dengan genre progressive pop/R&B sebagai ciri khas baru. Untungnya, Petra Sihombing selalu ahli dalam menggarap karya musik yang berani dan unexpected. “okay” adalah kejutan yang menyibakkan jiwa dan estetika Sheryl Sheinafia sebagai wanita modern di abad ke-21. Lain kali Sheryl Sheinafia ingin mengubah imejnya, tidak ada salahnya untuk kembali menghubungi Petra Sihombing.

2. SIVIA – “New York” (2020)

Ingin menggarap karya musik yang seksi, sophisticated, namun tetap wholesome? Cobalah mencari bala bantuan dari Petra Sihombing. R&B bop SIVIA yang satu ini menjadi salah satu highlight dari album solo debutnya ‘Love Spells’—album yang seyogyanya menjadi salah satu kandidat pemenang Album Terbaik Terbaik di edisi AMI Awards tahun 2021 ini. Petra Sihombing makes being single sound so delicious!

1. Kunto Aji – “Rehat” (2019)

Terlepas dari beraneka ragam karya istimewa Petra Sihombing, mungkin “Rehat” dapat dikatakan sebagai “magnum opus” karirnya hingga saat ini. Berperan sebagai produser utama, “Rehat” memamerkan seluruh keunggulan Kunto Aji dengan pendekatan yang subtle namun renyah. Balada alternative pop ini juga secara resmi mengukuhkan kredibilitas Petra Sihombing sebagai seorang produser—yakni ketika dia dan rekan-rekan penggarap album ‘Mantra Mantra’ diganjar piala AMI Awards untuk Album Terbaik Terbaik 2019.

TENTANG PENULIS

Felix Martua adalah penulis, editor, traveler, kurator, dan cataloger bilingual (Bahasa Inggris dan Indonesia) untuk musik, hiburan dan all things pop culture. Felix bisa dihubungi via martuafelix00@gmail.com

welly
More from Creative Disc