CreativeDisc Exclusive Interview With Mondo Grosso: Legenda Musik House Jepang Yang Mengalir Apa Adanya

Oleh: luthfi - 17 Mar 2022

Legenda musik house Jepang Shinichi Osawa sudah membuat musik dari tahun 1991 dan membentuk band acid jazz bernama Mondo Grosso yang aslinya ingin dinamai Mondo Rosso bersama teman-temannya. Berkat meledaknya acid jazz di Jepang dan di Eropa pada awal 90an membuat kepopuleran Mondo Grosso naik di Eropa dan sering melaksanakan tur di sana. Setelah tren acid jazz perlahan mulai turun ia memulai ulang Mondo Grosso sebagai solo proyeknya dan memainkan musik yang terpengaruh dengan unsur house lengkap dengan nuansa disco, latin, bahkan sampai samba dan bossanova.

“Saya merasakan bahwa perpindahan musik dari acid jazz ke house merupakan sebuah perkembangan yang alami dari musik yang saya mainkan”, ungkap Osawa ketika diwawancarai CreativeDisc melalui surel. Hal ini terungkap di lagu pertamanya yang bermain di area house yaitu “Life” yang berkolaborasi dengan solois perempuan Jepang bird dimana ia memainkan house dengan mencampurkan latin dan worldbeat selama 9 menit lengkap dengan petikan gitar akustik yang tropis. “Menurut saya ‘Life’ bisa sebagus itu karena melodi dan kord-nya mencampurkan unsur nostalgia dan nuansa musik Afrika”, ungkap Osawa. “Life” sendiri seolah menjadi pernyataan besar bahwa Mondo Grosso merupakan tempat Osawa memainkan musik house yang organik dan ritmis dan itu terbukti di beberapa karya ia berikutnya yaitu “Hikari” yang berkolaborasi dengan UA, “Everything Need Love” yang berkolaborasi dengan sang ratu K-Pop BoA, dan “Don’t Let Go”. Setelah ia populer di kalangan musik house dengan musik yang ia usung, Osawa memilih untuk mengistirahatkan nama Mondo Grosso di tahun 2006 dan beralih menggunakan nama aslinya ketika manggung.

Pada tahun 2017 Osawa memutuskan kembali untuk menggunakan nama Mondo Grosso dan merilis single downtempo dan chill house “Labyrinth” yang berkolaborasi dengan aktris dan penyanyi Hikari Mitsushima. Dibuat bersama Atsushi Yanaka yang merupakan pentolan Tokyo Ska Paradise Orchestra, single ini berhasil mengantarkan kembali nama Mondo Grosso ke skena musik internasional. Musik video dari “Labyrinth” yang penuh dengan estetika lengkap dengan visual dan sinematografi yang memukau berhasil ditonton di YouTube lebih dari 30 juta kali dan mempunyai pendengar lebih banyak di luar negeri ketimbang di Jepang sendiri. “Saya dan Yanaka telah berteman lama dan saya ingin bekerjasama dengan dia lagi untuk membuat lagu. Kalau dibilang faktor apa yang membuat ‘Labyrinth’ bisa viral sejujurnya saya tidak tahu. Mungkin itu adalah kekuatan dari sebuah seni.”, kata Osawa. Setelahnya ia merilis album comeback­-nya sebagai Mondo Grosso berjudul “Nandodemo Atarashiku Umareru” pada tahun 2017 ia langsung merilis album “Attune/Detune” sembilan bulan setelahnya.  

Setelah ia tidak merilis album selama hampir empat tahun semenjak “Attune/Dettune”, ia merilis album “BIG WORLD” dimana ia berkolaborasi dengan musisi legendaris Jepang dan musisi yang baru naik namanya mulai dari Takao Takajima (Original Love), Ryuichi Sakamoto, Yoshie Nakano (EGO WRAPPIN’), CHAI, PORIN (Awesome City Club), Asuka Saito (Nogizaka46), Hikari Mitsushima, RHYME, Dongurizu, Mika Nakashima, suis (Yorushika), dan ermhoi (Millenium Parade & Black Boboi).

“Album ‘BIG WORLD’ sendiri merupakan kulminasi perasaan saya selama masa pandemi dimana saya merasakan kemarahan dan kebangkitan ketika melewati pandemi. Di album ini saya tidak membatasi musik saya terhadap genre tertentu karena sewaktu saya mengerjakan album ini, mood saya jauh lebih bebas. Kalau ditanya lagi proses pengerjaan album “BIG WORLD” sendiri seperti apa saya juga bingung menjelaskannya karena semua proses pembuatan lagunya mengalir begitu saja. Mungkin saya bisa menceritakan kenapa saya memilih kolaborator untuk di album ini. Ketika saya memilih kolaborator saya ingin merasakan sebuah reaksi kimia dimana ketika saya berkolaborasi dengan artis tersebut saya ingin ada sesuatu yang lahir di luar imajinasi saya ketika saya berkolaborasi.”, jawab Osawa.

Salah satu single yang dihadirkan di album ini yaitu “IN THIS WORLD” yang berkolaborasi dengan Hikari Mitsushima dan komposer legendaris Ryuichi Sakamoto mempunyai cerita yang spesial. Dentingan piano sumbangan Sakamoto terdengar begitu lirih dan dalam karena ia mengerjakan riff piano tersebut ketika ia sedang melawan penyakit kankernya dan menghasilkan nada yang terdengar khusyuk dan lirih dibalik dentuman musik deep house yang ritmis.

Kebebasan dan kelenturan dari Osawa sendiri pada akhirnya membuat musik “BIG WORLD” menjadi variatif dan segar untuk didengarkan, seolah ia kembali ke era awalnya dia di tahun 2000’an ketika ia bertransformasi dari acid jazz ke house. Meski sudah menjadi senior bahkan sampai menjadi legenda di skena musik Jepang ia sendiri masih mencari apa arti musik sampai sekarang dan ia sendiri masih tidak tahu kenapa ia bisa terus menerus membuat musik yang segar untuk didengarkan.

Ketika ditanya apa yang membedakan sewaktu ia pertama kali terjun ke dunia musik dan sekarang ketika ia mau menyentuh umur 60 ia juga bingung menjawabnya. Musik bagi Osawa sendiri memang merupakan sesuatu hal yang natural dan terjadi begitu saja tanpa ada konsep yang besar. Musisi yang menyukai Selvatico ketimbang Rucola dan sampai sekarang masih mencari mobil klasik Range Rover Suffix menyatakan bahwa ia tidak mempunyai hobi lain selain membuat musik dan mungkin itulah alasannya ia tidak bisa menjelaskan proses bermusiknya karena ketika membuat musik sudah masuk dalam hobi ia pasti mencurahkan semua isi hati dan perasaannya ke dalam musik tanpa memperdulikan hal teknis tentang prosesnya, semuanya terjadi dengan spontan dan mengalir dari isi pikiran dan hatinya.

Sebelum menutup pembicaraan, ia berkata bahwa ia akan merilis album dibawah nama Shinichi Osawa setelah terakhir mengeluarkan album “SO2” pada tahun 2010 menggunakan nama pribadinya di tahun ini. Ketika ditanya apa yang membedakan antara Shinichi Osawa dan Mondo Grosso ia pun tidak bisa menjelaskannya ke dalam kata-kata. Ah, memang benar membuat musik bagi dia layaknya seperti minum air putih. Kita tidak perlu alasan yang besar dan mendetail kan kenapa kita meminum air putih.

luthfi
More from Creative Disc