CreativeDisc Exclusive Interview With Sampha: Mencoba Memahami Sesuatu Di Luar Nalar Pada Album Keduanya

Oleh: luthfi - 10 Oct 2023

Pada album pertamanya “Process” penyanyi, penulis lagu, musisi dan produser asal London Sampha Lahai Sisay atau biasa dikenal dengan Sampha mendapatkan banjir pujian dari berbagai macam kritikus musik sampai-sampai ia menerima penghargaan paling tinggi di mata kritikus musik Inggris yaitu Mercury Prize pada tahun 2017. Kekuatan album pertama Sampha terletak di kejeniusannya berbicara tentang hal-hal yang abstrak tentang kehidupan namun masih mempunyai kedekatan dengan dunia nyata berkat vokalnya yang soulful dan juga menggelora. Album “Process” juga mempunyai makna yang mendalam baginya karena album ini menceritakan tentang bagaimana ia kehilangan kedua orangnya dan bagaimana ia berproses untuk mengikhlaskan hal tersebut.

Enam tahun kemudian, Sampha sudah mempunyai portofolio yang mengagumkan di industri musik karena ia sudah bekerjasama dengan nama besar seperti Drake, Kanye West, Beyonce, Frank Ocean, Florence + The Machine, dan Kendrick Lamar. Selain itu, ia sudah menjadi orang tua bagi anak perempuannya yang lahir di tahun 2020. Enam tahun merupakan waktu yang lama dan di antara waktu tersebut Sampha memikirkan banyak hal tentang ruang angkasa yang luas, waktu, keabadian dan kehidupan secara filosofis dan mendalam sebagai manusia biasa. Hal tersebut terekam jelas di album keduanya “Lahai” yang akan dirilis pada 20 Oktober 2023 nanti. “Lahai” sendiri merupakan nama dari kakeknya dan nama tengahnya.

Kali ini CreativeDisc secara eksklusif berbicara dengan Sampha dimana kami berbicara secara mendalam dan filosofis tentang album keduanya, menjadi seorang ayah dari perspektif seorang yatim piatu, mencari makna kehidupan dengan cara yang tidak biasa dan melibatkan metafisika serta keinginan Sampha untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk dirinya sendiri dan anaknya sebagai bagian dari dirinya untuk memaknai kehidupan di dunia yang fana ini.

CreativeDisc (CD): Hampir semua orang yang mendengarkanmu menganggap musik kamu unik dan beda dari yang lain tapi menurut kamu sendiri apa yang membuat musik Sampha itu unik?

Sampha (S): Sebenarnya saya sendiri sulit memahami kenapa musikku unik dan beda dari yang lain. Saya sendiri orangnya hibrida karena orang tuaku berasal dari Sierra Leone dan aku sendiri besar di London yang mempunyai budaya musik yang beragam. Aku juga punya empat kakak laki-laki yang selalu memberikanku musik yang berbeda-beda. Aku menganggap musik sebagai bentuk pemahamanku akan kehidupan. Mungkin itu yang membuat musikku unik karena saya terpapar dengan banyak hal. Terkadang orang lain yang bisa memberikan keunikan terhadap musik yang kita mainkan daripada diri kita sendiri.

CD: Enam tahun semenjak album perdanamu “Process” dan kamu sekarang memasuki fase album keduamu berjudul “Lahai”. Dalam waktu enam tahun apa yang kamu pelajari tentang hidup?

S: Selama enam tahun saya dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan seperti ruang, waktu, keluarga, dan kehidupan yang semakin membesar dari waktu ke waktu. Saya merasa sedikit nyaman dengan berbagai pertanyaan tersebut. Saya juga belajar untuk menerima diri sendiri dan menerima kesulitan dan tantagan dalam hidup. Berkat menerima kesulitan tersebut saya menjadi lebih sabar dan mengetahui bahwa cinta adalah sebuah hal yang dilakukan secara sadar karena terkadang orang terlalu romantis ketika berbicara soal gagasan tentang cinta. Memang, banyak hal yang saya pelajari selama enam tahun ini.

CD: Album “Lahai” sepertinya banyak menceritakan tentang ruang dan waktu dan romantisme dibalik hal itu. Kenapa kamu berbicara tentang hal tersebut di “Lahai”?

S: Saya menemukan bahwa saya membutuhkan kebebasan untuk menjelajahi ruang angkasa, menyelami kreativitas musik saya, dan membenamkan diri dalam hal-hal yang benar-benar memikat minat saya. Kadang-kadang, saya akan berjalan-jalan di jalan, dan gagasan tentang perjalanan waktu muncul begitu saja di benak saya. Itu karena, bagi saya, musik berfungsi sebagai kanvas kreatif dan sarana untuk mendokumentasikan, membayangkan, dan menafsirkan kembali kehidupan seperti sebuah foto abstrak dari pemikiran yang berputar-putar dalam pikiran saya. Sering kali saya menenun cerita yang agak fantastis dan beranimasi, bahkan jika cerita itu tidak selalu secara langsung mencerminkan pengalaman kehidupan nyata, tetapi dipengaruhi olehnya. 

Contohnya, "Stereo Color Cloud," lagu pertama dalam album ini, di mana saya bercerita tentang terbang dan bercakap-cakap dengan pepohonan. Meskipun kelihatannya aneh, namun hal ini terinspirasi dari dunia nyata. Ini adalah subjek yang menarik minat saya, terutama konsep seperti afrofuturisme, di mana nonlinieritas waktu memainkan peran penting. Bahkan proses bercerita dan proses musik saya pun tidak linier; saya mengambil dari berbagai sumber dalam satu lagu, menciptakan hamparan ide yang tidak harus mengikuti urutan yang baku.

CD: Berbicara soal album perdana, saya pikir album ini masih ada kaitannya dengan “Process” dan sepertinya album “Lahai” ini menjadi cerita lanjutannya. Pada “Process” kamu bercerita tentang penyesalan akan kematian, dunia fana dan keterbatasan waktu tapi di album ini kamu seperti masuk ke dunia spiritual yang jauh dan di luar nalar manusia demi memaknai kematian dan keabadian dalam waktu yang bersamaan.

S: Saya sering merenungkan metafisika dan konsep hubungan metafisik, kadang-kadang mengakui kurangnya eksplorasi saya dalam bidang itu. Ada saat-saat di mana saya dengan bercanda meremehkan takdir dan tetap skeptis tentang hal-hal seperti itu tanpa menyelaminya lebih jauh. 

Namun, saya mempunyai kebutuhan yang tulus untuk belajar lebih lanjut dengan tema-tema ini dalam hidup saya. Mungkin tidak semata-mata dalam arti metafisik, tetapi juga melalui penggunaan spiritualitas sebagai alat untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas tentang kehidupan. Hal ini menjadi sangat berharga ketika kamu merasa tersesat dalam ruang dan waktu, seperti yang sering dilakukan oleh banyak dari kita ketika menjalani kehidupan sehari-hari tanpa mempertanyakan keberadaan kita. 

Aku menemukan diriku tertarik pada ide-ide ini, meskipun ada saat ketika kata-kata gagal menangkap esensi dari apa yang saya alami. Bagi saya, hidup ini menyerupai sebuah sumur penciptaan, sebuah sumber yang mendahului penemuan individu. Saya hanyalah bagian dari hal yang menakjubkan ini. Saya menyadari bahwa hidup adalah sebuah paradoks antara yang biasa dan yang tidak biasa, dan ini merupakan upaya yang terus menerus untuk terhubung dengan aspek-aspek yang luar biasa dan menemukan puisi di dalam hal yang biasa. Perjalanan ini menawarkan perspektif yang berharga.

CD: Jadi di album “Lahai” ini kamu seolah ingin memaknai keberadaan akan sesuatu secara kodratnya dengan cara yang tidak biasa?

S: Tentu saja, ada rasa yang mendalam tentang hubungan antar manusia, keakraban, dan cinta yang meresap dalam keberadaan kita. Namun, saya juga mendapati diri saya bergulat dengan keinginan untuk mengekspresikan hubungan dari segi antropologi yang menghubungkan kita semua. 

Ini adalah tentang menavigasi kehidupan di dalam tubuh ini, menyadari bahwa ini bukan hanya milik saya; ini adalah sebuah wadah yang dimiliki oleh kita semua. Tubuh-tubuh ini telah ada selama jutaan tahun, berasal dari sumber yang sama, dan secara intrinsik terhubung dengan permadani hijau yang luas. Keterkaitan ini sering kali beresonansi dengan saya, mengingatkan saya pada perspektif jazz kosmik dan spiritual yang diperjuangkan oleh seniman seperti Sun Ra dan Pharoah Sanders. Ini adalah sentimen yang menantang untuk diartikulasikan, namun sepadan dengan usaha untuk menjelajahinya. Sebuah koneksi kosmik rumit yang melampaui kata-kata.

CD: Berbicara tentang keabadian dan kehidupan yang fundamental di album ini. Ada sebuah kutipan dalam pepatah Indonesia yang mengatakan "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia meninggalkan nama", dan saya pikir itu dekat dengan keabadian dan terwakili dalam lagu "Evidence". Apa pendapatmu tentang itu?

S: Sebagai spesies kita memiliki kemampuan luar biasa untuk mendokumentasikan pengalaman kita dan mengeksplorasi konsep-konsep seperti perjalanan waktu dan memori. Sifat waktu dan memori saling terkait dengan sangat jelas, karena tanpa memori, waktu tidak memiliki makna. 

Selama berabad-abad, kita telah mengasah kemampuan kita untuk berpikir secara abstrak yang memungkinkan kita untuk memproyeksikan pikiran kita ke masa depan dan merenungkan bentangan masa lalu yang tak terduga. Sangat menarik untuk mempertimbangkan bahwa kehidupan, dengan segala kerumitannya yang rumit melanggengkan dirinya sendiri dengan cara tertentu dan meninggalkan warisan.

Meskipun seseorang mempunyai pemikiran nihilistik dan mengabaikan pentingnya keberadaan, saya menemukan keindahan yang mendalam dalam mengakui kondisi kita bersama. Sebagai mamalia, kita cenderung untuk peduli satu sama lain dan sangat berbeda dengan hewan lain yang keturunannya dengan cepat menjadi mandiri. Kecenderungan mengasuh dan mencintai kita sudah tertanam kuat, sebuah bukti hubungan kita dengan alam dan siklus kehidupan. 

Terkadang, ini adalah tentang berserah diri pada tatanan alam, mengenali aspek terang dan gelap di dalamnya. Hal ini bukan berarti meninggalkan moral atau etika, melainkan merangkul cinta, karena cinta terjalin ke dalam jalinan keberadaan kita. Ini adalah gagasan yang monumental dan luas jangkauannya dan tidak dapat disangkal.

CD: Album ini tampaknya merupakan album yang didedikasikan untuk putrimu. Kamu seolah memberikan pernyataan bahwa "album ini adalah pesan yang ayah tinggalkan untukmu"?

S: Hal ini tentu saja merupakan sesuatu yang saya renungkan, terutama sebagai seseorang yang telah kehilangan orang tua. Kadang-kadang, saya menemukan diri saya dalam perjalanan pencarian jati diri, merenungkan silsilah saya, kehidupan saya, dan warisan orang tua saya, berusaha memahami diri saya dengan lebih baik melalui pengalaman mereka. 

Ketika saya merefleksikan musik yang telah saya ciptakan, saya tidak bisa tidak memikirkan masa depan saya, terutama ketika anak perempuan saya tumbuh dewasa. Meskipun saya berharap bisa berada di sana untuk membimbingnya, dia pasti akan menemukan lebih banyak hal tentang dirinya sendiri melalui musik yang saya tinggalkan.

CD: Album ini seperti kapsul waktu untuk anakmu kelak?

S: Kurang lebih seperti itu.

CD: Menurutku hal ini terpancar di lagu “Dancing Circles”. Karena di awal liriknya sepertinya berbicara tentang kisah kehidupan seperti "Kegilaan, kerlipan lampu, lalu lintas, pembicaraan tentang anak-anak, kebohongan pemerintah, pergerakan". Bagaimana pendapatmu tentang lagu ini?

S: Kita semua berbagi ruang dan waktu seperti ini. Ada hal-hal tertentu yang terus berulang di musik secara keseluruhan, seperti yang terjadi sekarang. Saya pikir kadang-kadang sulit untuk mengenali ruang di dalamnya sampai saya mempersempit fokusnya. Kamu mungkin akan melihat tema yang berulang, sebuah refleksi kolektif tentang era yang sedang kita lalui. Ini adalah tentang merenungkan konsep-konsep seperti mengirimkan objek dengan makna yang lebih dalam, memelihara kondisi emosional tertentu, atau bahkan menghadapi aspek-aspek suram dari sikap apatis. Kami merenungkan bagaimana teknologi membentuk kemanusiaan kita, dan kami terlibat dalam semacam pencarian komunal, menjelajahi hal-hal spiritual dan mempertanyakan esensinya.

Saya sering menulis secara intuitif dan ketika saya melihat kembali, saya berpikir, "Oh, ini saya mencoba menyampaikan apa ya?". Saya tidak selalu memahami sepenuhnya saat saya membuatnya. Terkadang, kamu mungkin menemukan ide yang brilian, tetapi tidak selalu tahu bagaimana kamu bisa membuatnya. Pikiran kita kadang-kadang melakukan lompatan yang luar biasa, dan dalam prosesnya, kita harus merekayasa kembali perjalanan pikiran tersebut. Ini adalah aspek yang menakjubkan dari kreativitas mental, dan saya benar-benar menghargai bagaimana pikiran dapat melakukan lompatan.

CD: Ada yang menarik dari lagu "Suspended" dan "Satellite Business". Lagu ini seperti seseorang yang ingin melakukan perjalanan waktu ke ruang dan waktu yang abstrak dan tidak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan manusia, terutama karena ada suara yang terdistorsi di tengah-tengah lagu seperti seseorang yang ingin berpindah dimensi. Dapatkah kamu menjelaskan lebih lanjut tentang lagu ini?

S: Lagu ini adalah interaksi yang rumit antara imajinasi dan kenyataan. Hal ini mirip dengan membayangkan seseorang yang dengan santai menyeruput anggur, tanpa sengaja menumpahkannya, dan menyaksikan anggur yang tumpah itu berubah menjadi pantai yang luas. Ketika ia terbangun ternyata yang terjadi di dunia nyata adalah dirinya sambil scrolling di HP-nya. Menurut saya HP adalah alat unik yang memungkinkan kita untuk menangkap sebuah momen dan mengunjunginya kembali. Pada dasarnya, kita adalah penjelajah waktu, menavigasi keberadaan kita melalui HP yang jika dipikir-pikir cukup ajaib.

Individu ini memulai perjalanan melalui ingatan mereka, merefleksikan masa lalu seolah-olah itu adalah masa kehidupan yang terpisah. Mereka merenungkan hari-hari ketika mereka terbang bebas seperti burung, hanya untuk menyadari bahwa dunia telah berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Ini adalah sebuah narasi yang memadukan perjalanan waktu dengan realitas secara mulus, dijalin bersama dengan perumpamaan dan metafora.

Di sepanjang album ini, sebuah tema yang berulang muncul-sebuah perspektif biosentris tentang waktu. Perspektif ini menyatakan bahwa kehidupan itu sendiri dipengaruhi oleh perjalanan waktu. Ini adalah hubungan mendalam yang beresonansi dengan saya. Meskipun saya mungkin tidak menganggap diri saya sebagai seseorang yang sangat akademis, saya menghargai renungan filosofis yang terangkum dalam album ini. Saya ingin sekali terlibat dalam wacana, mendiskusikan ide-ide ini dengan orang lain, dan belajar dari perspektif mereka. Mungkin mereka akan memperkenalkan saya pada konsep-konsep seperti pepatah Korea atau filosofi kuno yang memperkaya pemahaman saya tentang tema album ini. Selain itu, album ini berfungsi sebagai bukti perjalanan penemuan diri saya, mengakui bahwa selalu ada lebih banyak hal yang harus dipelajari, lebih banyak buku yang harus dijelajahi, dan jalan pemikiran yang tak ada habisnya untuk dilalui. Ini adalah sebuah jurnal eksplorasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

CD: Sebuah jawaban yang cukup mendalam sepanjang wawancara ini berjalan akan konsep waktu. Mari kita berbicara hal yang ringan. Apa ada artis dari wilayah Asia yang sering kamu dengarkan akhir-akhir ini?

S: Saya suka dengan Yaeji dari Korea Selatan dan saya suka dengan album terbarunya dia “With A Hammer”. Saya juga sangat suka dengan karya Ryuichi Sakamoto.

CD: Ini adalah pertanyaan terakhir dari sesi wawancara ini. Apa yang Sampha lakukan berikutnya setelah “Lahai”?

S: Saya ingin sekali mengeksplorasi ekspresi visual lebih dalam, mungkin mempelajari penyutradaraan dan belajar tentang sinematografi, kamera, dan seni membuat narasi yang lebih linier sambil mempertahankan pesona realisme yang magis. Saya bertujuan untuk menyelam lebih dalam ke dunia kreatif ini, mungkin menerjemahkannya ke dalam format yang lebih sinematik dengan substansi yang lebih besar. Meskipun musik telah menjadi media yang signifikan untuk ekspresi diri saya, saya ingin sekali memperluas wawasan saya dan ini adalah upaya yang menantang, terutama ketika memadukan keajaiban dan realisme, yang merupakan tugas yang berat. Ada sedikit film yang secara efektif mengeksplorasi konsep ini, dan saya yakin ada banyak ruang bagi visi unik saya untuk mengekspresikan hal ini.

“Lahai” akan dirilis pada 20 Oktober 2023 via Young.

Thanks to Beggars Indonesia.

luthfi
More from Creative Disc