Tahun 2017 sudah dimulai. Jika di penghujung tahun kita biasanya memerhatikan daftar yang menampilkan barisan best of, entah single atau album (atau mungkin musisi), maka di awal tahun merupakan saatnya bagi kita menyimak beberapa nama pendatang baru yang layak untuk diperhatian, karena mereka memiliki peluang besar untuk bersinar di sepanjang tahun 2017 dan mungkin juga tahun-tahun ke depannya.
NME sudah merangkum beberapa nama yang dianggap memiliki potensi untuk memasuki spotlight di tahun 2017 ini. Tujuannya bukan untuk mencari "the next big thing", meskipun beberapa nama tentunya bisa saja hadir di kategori tersebut, namun lebih condong pada pengenalan pada musisi-musisi pendatang baru dengan prospek yang menjanjikan serta menjadi alternatif di antara barisan nama-nama mapan yang mendominasi industri musik.
Dengan ketentuan seperti itu, maka nama-nama pendatang baru yang sudah memiliki hit single internasional, seperti Emily Warren ('Capsize') atau Olivia O'Brien ('I Hate U, I Love U'), pun menjadi pengecualian. Oleh karenanya daftar pun disusun berdasarkan musisi yang sudah merilis single secara luas namun belum mendapat atensi yang seharusnya atau memang berasal dari posisi yang lebih obscure atau kurang dikenal.
Tanpa banyak berbasa-basi lagi, inilah 17 Pendatang Baru Yang Siap Bersinar Di Tahun 2017.
Noonie Bao memiliki sentuhan "magis" di lagu-lagu berbau electro-pop. Ia adalah penulis 'Run Away With Me' Carly Rae Jepsen dan 'Vroom Vroom' Charli XCX. Sang penyanyi asal Swedia ini kemudian merilis lagunya sendiri di tahun 2016, dan memberkahi kita dengan lagu-lagu synth-pop penuh gaya dan memikat, seperti 'Sorry Not Sorry' atau 'Reminds Me'. Di tahun 2017 ini sepertinya Bao akan mendapat ekspos yang lebih besar karena baru saja diajak oleh EASYFUN untuk berkolaborasi dalam single baru mereka, 'Monopoly'.
Ok. Rag N Bone Man memang sudah mulai mencuri perhatian berkat single 'Human' yang sukses duduk di posisi #2 tangga lagu Inggris. Tapi perjalanan penyanyi bernama asli Rory Graham ini masih panjang dan ia perlu membuktikannya dengan kesuksesan yang lebih internasional ketimbang hanya di kampung halaman saja. Kisah Rag N Bone Man mirip Cinderella. Ia telah berkarir di dunia musik semenjak usia 15 tahun. Namun keberuntungan mulai menghampirinya saat ia berusia 31 tahun. Berkat 'Human' ia kini siap untuk merilis album debut pertamanya, juga berjudul sama, pada tanggal 10 Februari mendatang oleh label besar, Columbia. Sebagai pemenang Critic's Choice di BRTIS Awards, sudah seharusnya Rag N Bone Man menjulangkan namanya lebih tinggi lagi.
Di dalam daftar ini nama Julia Michaels mungkin adalah yang paling mendekati kepopuleran yang besar. Setidaknya ia sudah dikenal berkat tangan dinginnya dalam menulis beberapa lagu di album "Glory" Britney Spears, "Revival" Selena Gomez, hingga "Purpose" Justin Bieber. Tapi penyanyi-penulis lagu berusia 23 tahun ini akhirnya akan menemukan jalan solonya berkat ajakan bergabung bersama dengan Republic Records. 'Issues' merupakan persembahan singlenya dan sudah memasuki berbagai radio meskipun masih berada di luar top 100 iTunes. Namun, hanya masalah waktu sampai Julia Michaels dan lagu-lagunya merambat naik ke berbagai tangga lagu.
Nama Maggie Rogers mengemuka setelah singlenya, 'Alaska', menjadi viral karena menyebabkan Pharrell tidak mampu berkata-kata saat menghadiri sebuah Masterclass di Clive Davis Institute, NYU. Tapi Rogers juga memiliki 'Dog Years' yang tak kalah memikat. Kedua lagu ini akan hadir di EP debutnya, "Now That The Light Is Fading" yang akan dirilis di tanggal 17 Februari oleh Capitol Records. Jika menyukai lagu-lagu dengan lirik yang emosional dan organis dengan produksi multi-lapisan, maka Maggie Rogers adalah pilihan yang tepat.
Sudah bukan hal aneh jika tanah Skandinavia adalah sarang musisi-musisi pop kaliber dan tak kekurangan pendatang baru berpotensi besar. Salah satunya yang patut dicermati adalah Dagny yang berasal dari Norwegia. Ia mencuri perhatian berkat kesuksesan hit viralnya, 'Backbeat'. Sebuah EP debut pun sudah dirilis yang beramunisi pop breezy hingga anthem rock. Jika konsisten, sang diva Tromsø akan berkesempatan untuk menaikkan posisinya di tangga lagu dan menjadi salah satu kekuatan musik pop masa kini. Untuk sementara, ia memiliki awalan yang bagus.
Adalah hal yang sulit untuk menghasilkan hit internasional dalam bahasa selain Inggris. Tapi bukannya tak mungkin. PSY, dengan hit berbahasa Koreanya, atau Enrique Iglesias dan Shakira dengan bahasa Spanyol mereka, sudah membuktikannya. Kini jalan yang sama tengah dirintis oleh penyanyi asal Albania, Era Istrefi. Sang penyanyi blonde ini mencoba membuka batasan dengan menghadirkan sebuah single berjudul 'Bonbon' dan imbasnya sukses mendapatkan deal rekaman di Amerika. Saat ini Era adalah prioritas utama RCA Records dan sedang mengerjakan album berbahasa Inggrisnya, yang semoga saja sebagus lagu dalam bahasa ibunya.
Masuk ke ranah rap, maka kita punya Lance Skiiwalker. Sang rapper/produser asal Chicago ini sepertinya muncul dari antah berantah di tahun 2015 yang lalu saat menjadi bintang tamu beberapa lagu Jay Rock. Ia kemudian bergabung bersama dengan Top Dawg Entertainment dan membuat impresi kuat dengan album debutnya, "Introverted Intuition". Buzz akan dirinya sebagai pendatang baru yang bersinar terang semakin nyata karena sound usungannya yang eklektik, yang merupakan bagian dari distorsi digital dan blip futurustik serta soul romantis. Mungkin musikalitas Lance Skiiwalker masih perlu diasah, tapi talentanya yang besar tentunya sulit diindahkan.
Pastilah ada sesuatu di sosok seorang penyanyi jika artis pop sekelas Charli XCX bersedia membantu menulis lagu dan bahkan mengarahkan video musik untuk lagunya. Demikianlah yang dialami oleh Raye dalam lagu catchy-nya, 'I, U, Us', yang merupakan andalan untuk EP "Second" miliknya. Tidak hanya itu, sang penyanyi yang masih berusia 18 tahun ini juga diajak Jonas Blue untuk menyanyikan hit 'By Your Side dan Jax Jones dalam 'You Don't Know Me'. Dengan look, sound dan attitudenya yang mencorong, Raye dipastikan akan muncul sebagai break-out star di tahun 2017 ini.
Mungkin salah satu bukti kehandalan seorang musisi adalah kemampuannya dalam menghadirkan persona atau karakter baru, baik untuk dirinya ataupun musiknya. Begitulah yang dilakukan oleh Celia Pavey yang mengubah usungan folk tradisionalnya menjadi electro. Sebagai Vera Blue, single pertamanya membuktikan jika perubahan karakter ini berhasil karena segera saja menjadi perhatian radio atau blog musik alternatif di Australia. Vera Blue pun siap mengembangkan sayapnya dan merambah pasar internasional dengan single 'Settle'. Setelah meraih kesuksesan komersil di kampung halamannya berkat single kolaborasi bersama Illy, 'Papercuts', kini ia siap menarik perhatian pangsa Amerika dengan dukungan Capitol Records.
Polling tahunan "BBC Sound of" merupakan salah satu tempat untuk menemukan calon bintang potensial. Beberapa pemenangnya telah menjadi bukti; Adele, Ellie Goulding, Sam Smith. Salah satu nama yang tercatat di longlist tahun ini adalah The Japanese House, yang merupakan nama panggung untuk Amber Bain. Penyanyi berusia 21 tahun ini telah membangun hype berkat lagu-lagunya yang menghadirkan suasana ethereal synth-pop melalui tiga EP yang telah dirilisnya. Sederhananya, musik The Japanese House adalah gabungan antara The xx dengan Imogen Heap. Yang terbaru darinya, "Swim Against the Tide", menunjukkan pergerakan yang meski perlahan namun pasti menuju arah pop. Jika tertarik untuk mengetahui dirinya lebih lanjut, coba simak lagu-lagu seperti 'Clean', 'Still' dan 'Face Like Thunder'.
Memang sudah banyak bertebaran kombinasi penyanyi/penulis lagu atau artis/produser. Namun hanya sedikit yang melakukan semuanya dalam semangat DIY atau "do it yourself" sebagaimana rapper asal Atlanta, Russ. Ia menulis, memproduseri, mengaransemen, mixing dan bahkan melakukan mastering sendiri untuk hitnya, 'What They Want'. Terbukti lagu ini sukses menembus Billboard Hot 100 dan meraih posisi top 10 di radio ritmik dengan dukungan secara online saja. Bahkan jumlah streamingnya cukup fantastis jika dibandingkan penyanyi pendatang baru lain, dengan 230 juta streaming di Spotify dan 130 juta view secara kumulatif di YouTube. Tentunya ini akan memuluskan jalan debutnya yang akan dirilis tahun ini.
Billie Ellish baru berusia 14 tahun. Namun single debutnya di awal 2016, 'Ocean Eyes', sudah menunjukkan jika dirinya tidak boleh sampai dilewatkan. Eksistensi dirinya semakin dipertegas dengan single susulan, 'Six Feet Under', yang dirilis di bulan November lalu. Vokalnya yang berpadu dengan nuansa gloomy memang mengingatkan akan Lana Del Rey, tapi itu adalah perbandingan yang terlalu malas. Karena, meski memiliki banyak kesamaan, pilihan Billie untuk menyentuh ranah pop dengan lebih besar pastinya akan memikat pangsa pendengar yang jauh lebih muda.
Avante Black adalah sebuah kuartet yang dipimpin oleh musisi asal Swedia, Ottilia Zimmerman Kjulsten. Dan mereka sukses mencuri perhatian para netizen saat meluncurkan salah satu single terbaik di tahun 2016, 'Drug Money', dengan sound yang terdengar seperti perpaduan antara Empire of the Sun dan Lykke Li. Saat produksi lagu yang memberi penekanan pada synth yang melankolis terdengar mencuri perhatian, namun kekuatan utamanya justru pada liriknya. Susulan 'Drug Money' akan segera dirilis oleh Avante Black melalui [PIAS], label yang berada di belakang sukses Anna Of The North dan Kllo.
Ajang kompetisi "Unearthed" milik Triple J sejauh ini memiliki jejak rekam yang mengagumkan dalam menemukan bakat-bakat baru yang potensial. Contohlah Washington, The Jezabels dan Meg Mac. Kini siap menyusul penyanyi asal Sydney, Montaigne, untuk bergabung dalam daftar tadi. Hanya saja, sebelum benar-benar menerjunkan dirinya secara penuh di dunia musik, Montaigne lebih memilih untuk menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Sebuah keputusan yang terbayar dengan baik saat album debutnya, "Glorious Heights" sukses menembus 5 besar di Australia. Prestasi ini didapat berkat amunisi lagu pop barok seperti 'Because I Love You' dan 'Till It Kills Me'. Tinggal tunggu waktu saja saat pesona Montaigne pun membuai pendengar internasional.
Secara diam-diam Otis English merilis salah satu single debut terbaik di tahun 2016 lalu, 'Young Kids, Old Love'. Bermula dengan melodi piano sederhana, lagunya kemudian menjelma menjadi sebuah anthem bergelora dengan balutan electronica yang kental sebelum berubah lagi menjadi sebuah pop-alternatif. Ragam genre tersebut dileburkan Otis English dengan vokalnya yang powerful. Dipertegas pula dengan kejujuran ala penyanyi era lawas. Ia kemudian menghadirkan balada iringan piano bercorak blues dalam 'Trigger'. Pemilihan lagu-lagu yang cukup berbeda ini pastinya akan mengantarkan nama Otis English untuk mendulang kepopuleran yang lebih luas.
Singlenya, 'River', sukses wara-wiri di berbagai lokasi di musim panas yang lalu di kota Los Angeles. Entah di mobil, pertokoan hingga mall. Namun entah mengapa tidak bisa menembus Billboard Hot 100. Tapi memang hanya masalah waktu sampai Bishop Briggs melakukan lompatan tinggi dan meraih perhatian yang lebih pantas. Ia akan segera merilis album debutnya di tahun ini, setelah membuka jalan dengan menghadirkan sebuah EP yang mempersembahkan pop/rock organis sebagai musikalitasnya.
Sepertinya kita perlu lebih banyak lagi variasi girlband, selain Little Mix atau Fifth Harmony. Maka ada The Aces sebagai pilihannya. Band ini muncul tahun lalu dan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh The Go-Gos dan The Bangles. Single debut mereka, 'Stuck' adalah bukti jika mereka layak untuk dicermati, dengan menghadirkan semangat retro synth-pop yang sudah cukup lama terpinggirkan. Mengikuti Haim atau Tegan and Sara dalam obsesi mereka terhadap musik-musik era 70 dan 80-an, The Aces tetap bisa tampil sendiri dengan ciri khas mereka. Sebuah debut EP rencananya akan dirilis di musim semi ini.