CreativeDisc Exclusive Interview With Jordan Rakei: Album Keduanya Menjadi Tempat Curhat Kehidupannya

Oleh: luthfi - 20 Aug 2021

Saya langsung jatuh cinta pada pendengaran pertama ketika mendengarkan lagu “Mind’s Eye” milik Jordan Rakei yang masuk di program radio tangga lagu favorit saya, J-Wave Tokio Hot 100. Bagaimana tidak? Lagu ini mempunyai sentuhan musik yang berwarna-warni mulai dari nuansa jazz pop dengan arsiran gitar funk yang halus diiringi dengan beat yang terinspirasi dari musik latin, dance dan R&B dengan vokal Jordan yang empuk dan luwes dalam menampung semua unsur yang ada di lagu ini. Lebih gilanya lagi lagu ini benar-benar terdengar sangat catchy dibalik semua kekompleksannya membuat “Mind’s Eye” sering saya putar di tahun 2019.

“Alasan terbesar kenapa lagu ‘Mind’s Eye’ bisa jadi sangat pop mungkin di pembawaan vokalku yang sangat pop karena aku besar dengan lagu-lagu pop dan R&B seperti Usher, Ne-Yo, dan Omarion. Jadinya ketika aku bernyanyi walaupun lagunya terdengar sangat ruwet hasilnya tetap jadi lagu pop karena gaya vokalku jadi secara tidak sengaja aku membuat lagu pop sampai temanku berkata ‘Kamu itu kan produser banget jiwanya beruntung banget kamu punya vokal yang pop jadi bisa nyanyiin lagumu sendiri’”, kata Jordan ketika ditemui CreativeDisc melalui Zoom.

Hal tersebut terpancar di albumnya ketiganya “Origin” dimana ia banyak memainkan sound yang upbeat dan membuat orang menggerakkan badan ketika mendengarnya. Dibalik nada-nadanya yang enak didengar di dalam “Origin”, lirik dan tema di album ini benar-benar sangat kompleks dan penuh dengan pesan kesuraman akan teknologi. Ia berbicara banyak soal bagaimana teknologi yang semakin maju akan membuat manusia menjadi lupa akan dirinya sendiri dan sekitarnya sampai bagaimana manusia akan sangat mudah dikendalikan oleh teknologi yang manusia ciptakan sendiri. Menurut Jordan lagu ‘Mind’s Eye’ itu aslinya berbicara soal bagaimana di masa depan ada sebuah chip yang terpasang di mata manusia dan kita memproses semua yang kita lihat dari situ. Sebuah tema yang sangat gila nan futuristik dan hanya bisa didapatkan di cerita fiksi ilmiah, tetapi itu semua dibalut dengan musik yang sangat catchy.

Setelah “Origin” keluar ia ingin sesuatu yang berbeda di album barunya dan untuk mendapatkan inspirasinya ia akhirnya memilih untuk kembali melihat ke diri sendiri dan masa lalunya. Tema album yang personal dan reflektif tersebut akan muncul di album keempatnya “What We Called Life” yang akan terdengar sangat lirih dan dekat dengan pribadi Jordan. Hal ini terpancar dari single pertamanya dari album ini berjudul “Family” yang bercerita tentang perceraian orang tuanya ketika remaja dan bagaimana ia tetap mencintai kedua orangtuanya meskipun bercerai. Di lagu ini Jordan bernyanyi begitu berat dan lirih lengkap dengan musik slow tempo seolah-olah mendengarkan Bon Iver tiba tiba bermain dalam ranah jazz pop dan soul.

Selama mengerjakan “What We Called Life” ia benar-benar menggali cerita pribadinya dan ketika ia mengeluarkan itu ke dalam sebuah lagu ia merasa sangat puas dan ada beban yang terlepas ketika membuatnya. Lebih lanjut menurutnya, “Membuat album ini benar-benar sebuah hal yang melegakan karena aku ingin bernyanyi lebih jujur tentang diriku sendiri tentang depresi, kecemasan, dan hal-hal buruk lainnya. Memang berbicara topik seperti ini adalah suatu hal yang berat tetapi sangat gampang untukku membicarakan hal seperti itu ke dalam sebuah lagu yang aku ciptakan sendiri seperti ada unek-unek yang akhirnya keluar ketimbang aku menceritakan ke orang lain. Ketika aku bercerita kepada orang lain tentang perasaan negatif seperti ini rasanya seperti ada ketakutan yang mengganjal tetapi ketika aku mencurahkan perasaanku ke dalam sebuah lagu yang kutulis sendiri malah jadi lebih mudah menyampaikannya. Kurasa aku lebih takut tentang penilaian orang terhadapku ketimbang berbicara lebih jujur terhadap diri sendiri.”

Kegiatan meditasi yang ia lakukan juga membantu banyak dalam proses pengerjaan album ini karena membuat dia lebih lega dan jauh bisa lebih fokus dalam mengerjakan musiknya. Musisi yang digadang-gadang sebagai generasi baru jazz pop dunia bersamaan dengan Tom Misch dan mendapat pujian dari Elton John memaknai hidup lebih dari apapun dan ia tuangkan semuanya lewat karyanya. Nantinya “What We Called Life” akan berisi tentang curhatan pribadinya tentang apa yang ia alami selama ia hidup dan juga akan berisi banyak hal tentang bagaimana caranya menjadi nyaman terhadap diri sendiri.

Simak wawancara CreativeDisc selengkapnya bersama Jordan Rakei lewat video di bawah ini dimana kami berbicara soal album terbarunya, bagaimana meditasi membantu hidupnya, kejujuran untuk berbicara lewat karya, masa lalunya, kehidupannya sebagai seorang produser merangkap solois serta cita-cita terpendamnya menjadi seorang guru.

Terima kasih kepada Secret Signals!

luthfi
More from Creative Disc