CreativeDisc Exclusive Interview With beabadoobee: Lebih Senang dan Bahagia dalam Hidupnya di Era Album “Beatopia”

Oleh: luthfi - 21 Oct 2022

Beatrice Kristi Laus atau yang akrab dengan nama panggung beabadoobee merupakan ikon musik baru di kalangan para penggemar remaja dan orang berumur 25 tahun ke atas yang masih menyukai musik alternative rock dan berharap lagu alternative rock bisa masuk kembali ke radio-radio. Musisi yang sering dipanggil bea oleh para penggemarnya ini dengan cepat menjadi ikon remaja karena memberikan musik alternative rock 90’an yang autentik meski ia baru lahir di tahun 2000 ditambah dengan lirik lagunya yang sangat dekat dengan kehidupan para remaja yang ingin rebel dan bosan dengan kehidupannya.

Pada awalnya, musisi berdarah Filipina ini tidak bermain sekencang sekarang malah ia bermain musik bedroom pop dan lo-fi ala kadarnya. Kepopulerannya datang setelah lagu yang ia buat jaman dahulu kala berjudul “Coffee” dipakai di lagu milik Powfu berjudul “Death Bed (Coffee for Your Head)” viral di TikTok dan mencapai tangga lagu global.

Setelah lagu “Coffee” sukses dimana-mana ia malah tidak mau membuat lagu serupa dan ia langsung banting setir membuat lagu dengan nuansa alternative rock dan indie rock yang kental dengan nuansa slacker rock 90’an di album perdananya “Fake It Flowers” yang berbicara banyak tentang kandasnya sebuah hubungan dan kemarahan tentang hidupnya. Formula yang ditawarkan Bea di album perdananya dipuji habis-habisan oleh para kritikus musik karena ia berhasil membuat musik alternative rock 90’an yang sangat autentik mulai dari musik sampai tema lagunya tanpa harus terdengar seperti musisi yang memanfaatkan momen nostalgia lagu jadul. Pujian dari kritikus tersebut juga dibarengi dengan makin kuatnya penggemar Bea di kalangan remaja dan berhasil membawa album ini ke posisi delapan di negara yang saat ini ia tinggali yaitu Inggris.

Kontras dengan album perdananya, di album keduanya yang berjudul “Beatopia” ia terdengar lebih ceria dan banyak membuat lagu dengan nada yang gembira dan reflektif tentang hidupnya. Ia menggambarkan album ini adalah album yang tepat menjadi soundtrack lagu film romansa remaja di era awal 2000’an dan faktor tersebut membuat album keduanya menjadi lebih berwarna seperti pada lagu “Talk” dimana ia bernyanyi dengan sangat ceria dengan nuansa lagu yang upbeat dan dengan dentuman musik power pop dan alternative rock yang sangat segar di era sekarang meski mengambil banyak nuansa jadul.

“Meskipun album ini mempunyai musik yang beragam dibandingkan album perdanaku tapi aku merasa bahwa album ini mempunyai keterikatan satu sama lain dan sangat kohesif. Hal ini terjadi karena ketika aku lebih dewasa dalam menulis lagu. Aku tidak berkutat pada masa lalu dan menulis apa yang aku rasakan pada saat itu sehingga aku lebih santai dan lebih percaya diri ketika mengerjakan album keduaku ketimbang album perdana. Pandemi juga membuatku jauh lebih jujur dengan diriku sendiri dan membiarkan jiwa kekanak-kanakanku keluar di album ini. Mungkin album berikutnya kamu bakal mendengar Bea versi dewasa.”, ungkap beabadoobee ketika ditanya soal album keduanya di sela-sela penampilannya pada gelaran We The Fest 2022 kemarin.

Kejujuran dalam menulis apa yang ia rasakan dan kepercayaan dirinya di album keduanya membuat Bea jauh lebih bahagia dan santai di fase album ini. Sebelum menutup sesi wawancaranya ia mengatakan, “ini adalah fase hidupku yang paling bahagia dan menyenangkan selama aku hidup.” dan ketika mendengarkan “Beatopia” pendapat itu benar adanya.

Simak wawancara CreativeDisc selengkapnya dengan beabadoobee di sela-sela penampilannya di We The Fest 2022 dimana ia bercerita soal album “Beatopia”, turnya di Asia, penampilannya di We The Fest 2022 dan juga cerita ia yang lebih nyaman dengan dirinya sendiri di album keduanya lewat video di bawah ini:

 

 

 


luthfi
More from Creative Disc