Creativedisc Exclusive Interview With St. Vincent: Hidup Harus Dibawa Santai Setelah Melampiaskan Emosi Negatif 

Oleh: luthfi - 24 May 2024 | Views: 0

Tidak diragukan lagi bahwa Annie Clark atau lebih akrab dikenal dengan nama panggung St. Vincent adalah musisi indie rock perempuan terbaik di generasinya. Bagaimana tidak, ia adalah musisi perempuan pertama yang menyabet dua Grammy Award untuk Album Alternatif Terbaik, berhasil mendekatkan musik indie rock dengan pendengar arus utama, berkolaborasi dengan sangat seksi bersama Dua Lipa di Grammy Award (dan sampai sekarang masih menjadi salah satu penampilan terbaik di Grammy Award), dan berkolaborasi dengan nama legendaris dan ultra besar seperti David Byrne di album “Love This Giant” dan Taylor Swift di lagu ‘Cruel Summer’.

Satu hal yang membuat Annie seperti ini adalah kemampuannya menciptakan karakter yang berbeda di setiap albumnya terutama di tiga album terakhirnya. Di “St. Vincent”, ia bercerita layaknya seorang ratu di utopia yang ia buat, pada “Masseduction”, ia bertingkah layaknya penggoda pria sambil mengkritisi hedonisme dan kapitalisme, pada “Daddy’s Home”, ia bercerita layaknya bintang desa yang disakiti hatinya. Kemampuan inilah yang membuat Annie terus relevan karena semua orang terus menunggu karakter apa yang Annie akan bawa di album berikutnya.

Namun, kali ini semuanya berbeda. Di albumnya yang ketujuh “All Born Screaming” ia tidak memainkan karakter dan menjadi dirinya sendiri. Ia mencoba jujur dan menyelam ke dalam dirinya ketika membuat album ini. Semua emosi negatif, pesimisme dan amarah ia tumpahkan. Hasilnya, album ini menjadi karya St. Vincent yang paling eksploratif dalam penyampaian emosi dan musikalitasnya, terlebih lagi ia memproduksi semuanya sendiri di album ini.

Meski album ini sarat berisi pelampiasan emosi negatif yang tertumpuk lama, ia mengaku merasa lega ketika mengerjakan album ini dan terdengar lebih santai dalam menjalani hidup pasca album ini. “Ya hidup emang gak ada yang enak, jadi ya santai saja.”, begitulah pesan sangat tidak tersirat yang ingin Annie sampaikan di album ini. Sebuah pesan mendalam yang tidak disangka menjadi pesan utama album yang penuh buncahan emosi ini.

Kali ini CreativeDisc bertanya langsung dengan Annie Clark alias St. Vincent tentang album ketujuhnya beserta tema besarnya, membuat kaget kolaboratornya, tampil sensual dan seksi di Grammy bersama Dua Lipa, berbicara sebentar soal Swifties dan ‘Cruel Summer’, dan betapa bersyukurnya ia sebagai wanita yang hidup di jaman ini.

CreativeDisc (CD): Jujur, mewawancaraimu adalah salah satu impianku.
St. Vincent (SV): Terima kasih banyak atas apresiasinya!

CD: Kita berbicara dulu tentang beberapa lagu yang unik di album “All Born Screaming”. Pertama dari single pertamanya ‘Broken Man’. Lagu ini terdengar lebih kasar dan lebih ugal-ugalan dibandingkan karyamu sebelumnya?
SV: Karya ini memang tidak seperti karyaku sebelumnya, aku tidak memerankan seseorang karakter di sini. Setiap lagu yang ada di album ini semuanya adalah pengalamanku, apa yang aku rasakan. Terkadang, aku tidak merasakan hal tersebut setiap saat tapi tiba-tiba muncul lagi. ‘Broken Man’ membahas tentang kesedihan, kehancuran, kerapuhan, ancaman, dan kekerasan. Aku tahu lagu ini harus menjadi single pertama karena aku ingin memberikan pernyataan keras ke orang-orang bahwa kami tidak main-main. Hidup ini singkat, jadi hadapi saja!

CD: Ada bagian yang unik dari lagu ini dimana ada beat drum yang muncul di awal lagu lalu menghilang lalu muncul lagi. Bisa kamu ceritakan tentang bagian tersebut karena bagian tersebut membuat lagu ini terasa seperti lagu St. Vincent meskipun kamu bilang bahwa kamu tidak ingin menjadi karakter apapun di album ini?
SV: Terima kasih banyak karna kamu telah memperhatikan beat drum-nya. 
Ada beberapa isian drum yang pertama itu awalnya aku program pada mesin drum. Kemudian, saya meminta Mark Giuliana memainkannya. Ada juga isian drum lain yang sepertinya tidak masuk akal. Aku sedang melakukan jamming dengan Mark Giuliana, yang merupakan salah satu pemain drum di “Broken Man,” dan dia memainkan fill itu saat kami melakukan jamming. Aku berpikir, “Ya Tuhan, aku tidak tahu tanda biramanya berapa, tapi itu keren.” Jadi, aku menyuruhnya merekam ulang bagian itu, menangkap kegilaan yang diimprovisasi, dan memasukkannya ke dalam lagu. Pada dasarnya, musik adalah tentang mengkodekan sesuatu yang diimprovisasi.

CD: Salah satu lagu yang paling menarik di album ini adalah ‘So Many Planets’ dimana kamu memainkan musik dub dan musik tersebut berbeda dari karyamu sebelumnya.
SV: Aku suka musik dub, ska, reggaeton, Nigerian pop musik dari Lee “Scratch” Perry, King Tubby, The Specials dan musik second wave ska. Aku membayangkan apa yang terjadi jika aku membuat musik ska dan dub yang ngasal, dari situ muncul ‘So Many Planets’ yang menurutku pas dengan liriknya yang bermakna ‘hei, aku harus mencoba banyak hal sebelum pergi ke luar angkasa untuk mengetahui rumah itu seperti apa’.
Josh Freese yang bermain drum di lagu ini adalah salah satu drummer modern rock yang sangat berbakat. Merupakan tantangan yang menyenangkan bagi kami berdua untuk meminta josh melakukan hal yang tidak biasa yaitu memainkan musik dub yang ngaco seolah-olah dia tidak mengetahui soal musik dub dan Josh mau melakukannya. Aku menyukai permainannya yang sangat indah di lagu itu.

CD: Apa respon dari Cate Le Bon sewaktu ia mendengarkan ‘All Born Screaming’ dan ‘So Many Planets’ yang bernuansa reggae dan dub?
SV: Cate mengatakan kepadaku bahwa pada awalnya ia benar-benar ragu soal lagunya, tetapi lama kelamaan dia akhirnya paham juga.

CD: “All Born Screaming” adalah album yang lebih kasar dan lebih agresif daripada albummu sebelumnya, tetapi juga terasa lebih personal daripada karyamu sebelumnya? Bisakah kamu menceritakan lebih banyak tentang album ini?
SV: Jika kamu jujur pada diri sendiri dan mengikuti prosesnya maka musiknya juga mengikuti perasaan jujur dari dirimu sendiri. Hidup bisa membuat kamu bertekuk lutut dan menyerah menghadapi keadaan, bagiku cara menghadapinya adalah dengan menulis dan mencari tahu melalui musik. 
Album ini juga bercerita soal hidup dan mati, berurusan dengan hal tersebut membuatku sadar bahwa kita tidak punya waktu untuk bermain-main soal hidup. Kamu harus menjalani hidup apapun yang terjadi karena hidup sangat singkat. 

CD: Menurutku ada beberapa bagian dirimu yang menerima kenyataan bahwa hidup seperti apa adanya di album ini.
SV: Sepertinya begitu, itu merupakan hal terindah yang kamu ucapkan.

CD: Terakhir kali kamu memproduseri albummu sendiri adalah di album pertama dan keduamu. Apa alasan terbesarmu untuk memproduseri albummu sendiri sekarang?
SV: Aku telah menjadi co-producer dari semua albumku dan membuat musik sejak berumur empat belas tahun, jadi wajar jika aku menjadi produser tunggal di album ini. Namun kali ini, aku membangun sebuah studio dengan bantuan teknisi album ini Cian Riordan yang berperan besar dalam produksi rekaman ini. Aku menciptakan sebuah taman bermain di mana aku dapat bekerja dan bereksplorasi. Kemudian, aku mulai bekerja untuk menemukan suaraku sebagai seorang produser. Saya sudah memiliki suara sebagai pemain gitar, penyanyi, dan penulis, tetapi mengembangkan suara sebagai produser adalah tantangan lain dan saya selalu menyukai tantangan.

CD: Aku sudah mengikuti karyamu dari “Strange Mercy” dan aku sendiri kaget karena pasca album tersebut kamu bisa menembus pasar mainstream dan lepas dari bayang-bayang indie rock. Menurutmu sendiri apa yang membuat kamu ingin masuk ke pasar mainstream demi menjaring pendengar yang lebih banyak lagi?
SV: Sejujurnya aku tidak tahu kenapa saya bisa diterima di kalangan musik mainstream. Aku tidak membuat sesuatu demi mendapatkan pengakuan mainstream, semua terjadi begitu saja. Aku hanya melakukan pekerjaanku dan orang awam berkata “Oh, kami menyukaimu sekarang”, dan aku berpikir “Oh, baguslah kalau begitu”. 
Musikku mempunyai hook, groove, dan banyak elemen yang tidak biasa di skena indie. Aku selalu membuat musik yang aku suka, keren, dan mampu mengerakkan hatiku dan kreator seperti saya akan terus berkarya, apa pun situasinya. Kamu tidak bisa merencanakan semua hal tersebut. Pasar mainstream itu seperti pasangan yang plin-plan, mereka tidak akan mencintaimu selamanya. Kamu tidak bisa mengandalkan pasar mainstream sepenuhnya.

CD: Salah satu hal yang paling mengejutkan di karirmu adalah penampilanmu bersama dengan Dua Lipa di Grammy Awards 2019. Menurutku itu merupakan salah satu penampilan terbaik di Grammy Awards 2019. Bisa diceritakan tentang penampilan tersebut?
SV: Kebetulan banget aku baru nge-chat sama Dua Lipa karena dia sangat bagus penampilannya di Saturday Night Live. Pada waktu itu, panitia Grammy mengajakku untuk berkolaborasi dengan Dua Lipa dan kami berpikir kolaborasi seperti apa yang cocok untuk kami berdua. Aku pergi ke studioku dan mencampurkan lagu ‘Masseduction’ dan ‘One Kiss’ karena kunci lagunya sama. 
Lalu, kami berpikir untuk tampil secara simpel tanpa ada sesuatu yang menghebohkan seperti 7000 penari atau efek semburan api. Kami juga berpikir, bagaimana kalau kita tampil layaknya seorang kembar yang sedang bermain bersama karena kebetulan gaya rambutku pada waktu itu sama dengan Dua Lipa. Jujur, Itu salah satu hal tergila dalam karirku jika diingat kembali.

CD: Menurutku itu juga merupakan hal tergila yang aku lihat dari seseorang yang sudah mengikutimu dari album “Strange Mercy”.
SV: Setuju. Aku sangat senang dengan kesuksesan Dua Lipa dan menurutku itu adalah salah satu momen unik dimana kamu bersinggungan dengan artis pop besar.

CD: Dan kamu juga bersinggungan juga dengan Taylor Swift dalam lagu ciptaanmu “Cruel Summer”.
SV:  Itu juga hal tergila di karirku karena itu kan lagu lamanya dia yang aku buat dan bukan single juga awalnya, terus tiba-tiba naiknya baru sekarang. Itu merupakan pernyataan yang sangat mengagumkan dari Swifties karena mereka yang membuat lagu tersebut menjadi hits yang didengarkan oleh berbagai macam orang di penjuru dunia.

CD: Jika kamu punya mesin waktu, kamu akan kembali ke era mana dan kenapa?
SV: Era apapun boleh asal jangan ke era 30 atau 40 tahun yang lalu deh, karena era tersebut sangat tidak enak buat perempuan. Mungkin kalau aku hidup di era tersebut aku sekarang berada di dapur sambil mengurus 14 anakku dan mungkin kita tidak bisa berbicara sebebas ini. Sangat menyenangkan sebenarnya hidup sebagai perempuan di era sekarang.

Dengarkan audio interview bersama St. Vincent berikut ini:

luthfi