Interview with Delphic at Road To Big Sound Festival 2013

Oleh: welly - 29 Apr 2013

Sangat beruntung sekali Creativedisc bersama rekan-rekan media lainnya memiliki kesempatan untuk berkenalan lebih dekat dengan band pengusung genre elektronik asal Inggris, Delphic pada event Road To Big Sound Festival di Tennis Indoor Senayan pada hari rabu 24 April 2013 yang lalu. Dalam sesi round table interview yang dihadiri rekan-rekan media lainnya, Rick Boardman, Matt Cocksedge, serta James Cook membicarakan hal-hal menarik mulai dari persaingan musik, album terbaru, bahkan tentang sepakbola yang semuanya terangkum dibawah ini.

So, bagaimana menurut anda tentang komunitas musik di Indonesia, khususnya indie scene? Apakah anda sudah mendengarkan beberapa artis dari Indonesia?

Rick Boardman (RB): Well, sebenarnya kami belum mendengarkan beberapa artis Indonesia, kami belum menuju toko musik dan mencari hal-hal tersebut.

James Cook (JC): Ya, namun di panggung ini kami mendengar sebuah musisi yang sangat briliant dan indah. I’m gonna check that out (band yang dimaksud adalah Payung Teduh, yang merupakan salah satu line up di Road To Big Sound Festival)

Ada pernyataan bahwa album kalian yang terbaru, “Collections” memiliki vibe yang cukup berbeda dibanding album kalian sebelumnya. Bagaimana kalian menanggapi hal tersebut?

RB: Album ini sangat menarik, kami ingin membuat sesuatu yang berbeda. Kami menyukai kejutan yang dapat membuat pendengar terkaget-kaget mendengar kami. Kami hanya ingin tetap berkembang dan berevolusi secara musik, dan tak ingin kembali lagi ke masa-masa dulu.

Bagaimana kalian mendeskripsikan musik yang kalian tekuni?

RB: Kami memang unik. Kami lebih mendeskripsikan Delphic sebagai kumpulan produser alih-alih sebagai sebuah band. Dan juga kami lebih suka memproduksi musik dan menginginkan agar pendengar mengenal Delphic sebagai Delphic. Bukan sekedar sebuah band indie.

Kalian telah merilis album terbaru ‘Collections” yang dirilis pada awal tahun 2013 ini, dan disaat yang bersamaan juga terdapat Hurts dan Everything Everything juga merilis album pada waktu yang bersamaan, dimana kedua band tersebut memiliki kesamaan genre musik dengan kalian. Bagaimana kalian menanggapinya? Apakah kalian melihat hal tersebut sebagai ancaman bagi karir musik kalian?

JC: Tidak, kami tak melihat mereka sebagai ancaman

Matt Cocksedge (MC): Ya, sebenarnya kami cukup dekat dengan mereka (Hurts dan Everything Everything). Memang ini terdengar sangat klise, namun begitulah keadaannya. Saya sangat berteman baik dengan Theo (personil Hurts) dan menonton pertunjukan bersama-sama, dan kami mendukung segala karya yang mereka ciptakan. Bahkan kami juga membeli album-album mereka. Sangat senang rasanya memiliki teman di bidang seperti ini.

Apa yang kalian pikir tentang Indonesia saat kalian tiba pertama kali di sini?

JC: Sebenarnya semuanya sangat ramah terhadap kami. Kecuali macetnya. Dan saya sangat suka ring road yang terdapat di Jakarta. Sangat mirip dengan Manchester.

Tentang single kalian, “Baiya”, apakah hal tersebut terinspirasi dari pengalaman pribadi?

JC: Baiya explains everything.

MC: Sebenarnya hal tersebut terinspirasi akibat sebuah foto yang menunjukkan sepasang kekasih berciuman di antara kerusuhan massal di Vancouver beberapa waktu lalu. Adanya momen intim di antara peristiwa-peristiwa kacau tersebut merupakan inspirasi kami yang paling utama.

Banyak yang bilang tahun 90-an adalah masa-masa terbaik dalam dunia musik, apakah kalian setuju dengan pernyataan tersebut? Dan siapakah inspirasi musik kalian?

MC: Tahun 90-an memang menarik, tapi kami berpikir bahwa tahun 80-an lebih menarik. Dan sebenarnya banyak sekali musisi yang menginspirasi kami, namun kami semua setuju bahwa Andre 3000 adalah inspirasi bermusik favorit kami.

Bagaimana tanggapan kalian dalam menanggapi pemberitaan-pemberitaan buruk mengenai musik kalian?

RB: Well, f*ck them!

MC: Kami besar di era dimana internet belum meluas seperti sekarang, sehingga satu-satunya hal untuk menghargai musik adalah dengan mendengarkannya berulang-ulang kali. Namun yang terjadi sekarang adalah kebalikannya. Orang-orang hanya memiliki sedikit waktu untuk mendengarkan sebuah album, sehingga pendengar tidak mendapatkan kenikmatan dalam mendengarkan album tersebut. Tujuan kami merilis album terbaru kami adalah untuk hal seperti itu, mengembalikan apresiasi musik yang baik seperti jaman dulu lagi.

Mana yang kalian pilih: Manchester United atau Manchester City?

RB: Guess? Manchester United!

MC: 20th championship!

(Galih Gumelar)

Photo by Titaz

Thanks to Dyandra Entertainment & Sound Rhythm

welly
More from Creative Disc