Round Table Interview with Sabrina Orial

Oleh: welly - 29 May 2013

Sabrina baru saja menggelar konsernya di Malang tanggal 18 Mei lalu, dan ini merupakan kunjungan ke-4 kalinya di Indonesia. Dan akhirnya CreativeDisc mendapatkan round table interview dengan Sabrina, setelah tahun lalu kita sempat phone interview dengannya.

Apa yang kamu lakukan saat ini di Jakarta?

Saya datang di Indonesia untuk manggung di malam penutupan festival “Essential 2013” di Malang, dan kami memutuskan untuk menambah waktu kami berkunjung di Indonesia sehingga kami memutuskan untuk ke Jakarta untuk bertemu kalian, berbagi kabar yang baru tentang musik saya.

Apa pendapatmu tentang Indonesia?

Saya selalu merasa senang berada disini, karena orang-orangnya sangat ramah dan mau menerima musik saya. Dan para Sabrinatics Indonesia sangat senang dengan kedatangan saya, karena saya kemari baru beberapa kali. Terakhir kali saya kemari merupakan momen yang tidak bisa saya lupakan.

Apakah kamu masih ingat pertama kali kamu terjun ke dunia musik?

Tentu saja saya masih ingat. Saya lahir dengan ketertarikan yang besar pada musik. Seluruh keluarga saya cinta dengan musik. Saat mereka bertanya kapan saya mulai bernyanyi, saya akan menjawab saat saya lahir. (sambil tertawa) Saya tumbuh dengan kecintaan terhadap musik dan bernyanyi.

Apa yang kamu rindukan tentang Indonesia?

Saya sangat kangen dengan SabrinaticsINA. Rasa antusias mereka terhadap musik saya begitu besar. Mereka bernyanyi bersama saya ketika saya tampil. Meskipun saya sering berbicara dengan mereka lewat Twitter, tapi bisa berada disini dan bertemu langsung dengan mereka adalah sesuatu hal yang membuat saya kangen dengan Indonesia saat saya kembali ke kampung halaman saya.

Pernahkah kamu berpikir untuk mencoba genre musik lain?

Ya, tentu.. Kami berpikir untuk memadukan musik akustik yang saya bawakan dengan jenis musik lain, membuat suatu hal yang berbeda di album saya yang baru. Jadi kami berusaha untuk menampilkan hal yang lain untuk para pendukung saya.

Bagaimana dengan inspirasimu dalam bermusik?

Saya tumbuh dengan bermusik, dan tidak pernah berniat untuk menjadi artis rekaman profesional. It actually just happened.. Dan selama perjalanan saya sebagai pemusik profesional, saya menemukan inspirasi baru setiap saat, dimulai dari keluarga saya, karena mereka yang menyadarkan saya bahwa apa yang saya jalani sekarang adalah sebuah kesempatan yang baik, dimana tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dan juga saat saya mengetahui begitu banyak orang lain yang mendukung saya, mereka juga menjadi inspirasi saya untuk terus berkembang. Para pendukung saya benar-benar baik, dan mereka sangat jujur dalam memberikan saran dan masukan (untuk karir saya).

Kamu telah merilis 5 album “I Love Acoustic”. Apakah kami masih bisa berharap untuk album keenam dan seterusnya?

Saya baru saja merilis album kelima… (sambil tertawa) Tapi pertanyaanmu sangat menyanjung.. Dan kami memang punya rencana untuk membuat album (akustik) berikutnya, dan akan memulai rekaman album keenam sesegera mungkin, dan juga album spesial lainnya yang bukan merupakan rangkaian “I Love Acoustic”, yang khusus untuk dirilis di Indonesia. Saya ingin memberi detil lebih lanjut, tapi saya ingin itu menjadi sebuah kejutan. Yang pasti, album tersebut akan memuat hal-hal baru dan belum pernah kamu dengan dari musisi lainnya..

Bisa ceritakan kisah dibalik lagu “Oh Boy”?

Yeah, sure… Saya menulis “Oh Boy” saat saya berumur 16 tahun, dan saya berada di tahun pertama kuliah. Dan ada seorang lelaki muda yang mencuri perhatian saya, namun saya merasa ia berada di luar jangkauan saya. Jadi saya ragu apakah ia menaruh perhatian pada saya juga, mengenali saya, bahkan suka sama saya. Saya tidak bisa menceritakan perasaan ini pada orang lain, karena saya dan pria ini berada dalam satu kelompok, jadi saya tetap merahasiakannya. Saya sangat ingin sekali menceritakannya pada orang lain, jadi saya mengungkapkannya dalam sebuah lagu. Lagu tersebut memiliki tekstur yang menjebak, karena iramanya yang riang, namun menceritakan perasaan yang tragis dalam perjuangan mendapatkan rasa sayang dari seseorang.

Kamu menyebutkan bahwa akan ada album khusus untuk rilisan Indonesia. Apakah kamu akan berkolaborasi dengan musisi lokal?

Di album tersebut saya tidak akan berkolaborasi dengan musisi manapun, baik dari Filipina ataupun Indonesia, karena konsep album tersebut pada dasarnya akan mengetengahkan sisi personal saya. Mungkin untuk album “I Love Acoustic 6” kami akan mencoba konsep (duet) tersebut.

Mungkin kamu bisa me-recycle lagu dari musisi Indonesia untuk album itu nantinya..

Tentu saja. Sebenarnya untuk album “I Love Acoustic 5” saya sempat menyanyikan ulang lagu hits Indonesia yang dinyanyikan oleh Raisa, tapi kami menerjemahkannya ke bahasa Inggris. Mungkin lain kali saya akan membawakannya dengan bahasa Indonesia.

Apakah ada hal spesifik yang menjadi alasan kamu meng-cover lagu-lagu hits?

Hal tersebut berawal dari sebuah konsep yang disarankan oleh perusahaan rekaman saya (Universal Music Philippines). Dan saya telah bertanya pada mereka kenapa, namun poin yang terpikirkan oleh saya adalah bahwa setiap orang punya taste yang berbeda, dan sebagai seorang musisi sangat penting membawakan musik yang benar-benar merupakan ekspresi dari kepribadianmu. Dan musik akustik sangat mewakili diri saya, santai dan menenangkan, namun bisa menjadi upbeat dan riang di saat yang bersamaan. Lagu sedih pun bisa terdengar ceria di album saya. Jadi, alasan tersebut adalah lebih kepada menyesuaikan diri saya dengan musik yang saya bawakan. Juga memberikan pilihan pada para pendengar untuk menikmati sebuah lagu. Karena musik saya memberikan warna berbeda dari lagu aslinya.

Album pertamamu berjudul “Sabrina” di tahun 2006. Apa bedanya album tersebut dengan rangkaian rilisan album “I Love Acoustic”?

Sangat berbeda tentunya. “Sabrina” dari label yang berbeda dan merupakan sebuah album pop-bossanova. Konsep yang mirip dengan “I Love Acoustic” karena mendaur ulang lagu-lagu pop, namun dengan citarasa bossanova. Kemudian saya pindah label, dan mereka berpikir bahwa genre tersebut kurang cocok dengan saya yang saat itu masih berumur 16 tahun saat itu. Dan mereka pikir bahwa akustik akan sangat cocok untuk saya. Saat saya merilis album “I Love Acoustic”, label saya merilis album repackage-nya dan mengganti judulnya dengan “I Love Bossa”.

Pernahkah kamu membayangkan karir lain selain di dunia musik?

Saya sebenarnya ingin menjadi seorang pengacara yang berfokus pada perlindungan terhadap hak-hak wanita, dan juga yang bisa memberi perlindungan pada orang-orang kecil. Saya juga ingin menjadi seorang presiden.

Bagaimana menurut kamu tentang pria-pria Indonesia?

Indonesian men… (sambil tersenyum) Saya terlalu sibuk dengan kerjaan saya disini, jadi saya belum sempat memperhatikan pria lokal. Tapi setelah konser saya nanti, saya akan mulai melihat-lihat sedikit… Tapi kemarin saya sempat memperhatikan seorang pria ganteng, dan saya pun belajar untuk mengucapkan kata “ganteng”.

Apakah musik membuat kamu tetap merasa senang?

Ya, sangat senang. Sebenarnya saya tidak terlalu sering mendengarkan musik. Namun saat saya sedih, lagu yang membuat saya semangat adalah “Oh Boy”, karena lagu tersebut bisa memperbaiki mood saya.

Mengenai musik K-Pop, apakah kamu mengikuti perkembangannya dan mungkin akan meng-cover lagu dari genre tersebut?

Actually, di “I Love Acoustic 4” saya merekam sebuah lagu Korea berjudul “Saranghae”, namun kami menerjemahkannya ke bahasa Tagalog, dan lagu tersebut menjadi soundtrack drama Korea yang sangat terkenal di Filipina. Sedangkan untuk musik K-Pop, saya tidak terlalu memperhatikannya, karena saya tidak sering mendengar musik. Namun, saat saya melihat penampilan mereka di channel musik, saya kagum dengan tarian, nyanyian, serta penampilan keseluruhan mereka yang tampak seperti boneka.

Menurut informasi, fanbase terbesar kamu ada di Thailand dan Indonesia. Apa perbedaan antara fans di Indonesia dan Thailand?

Saya tidak bisa terlalu membandingkannya, karena saat saya di Thailand, show yang saya lakukan tidak terbuka untuk umum, lebih kepada showcase dengan penonton yang lebih spesifik, tidak seperti konser saya disini yang lebih besar. Tapi dilihat dari segi antusiasme, penonton di Indonesia lebih vokal dan bersemangat. Namun saya belum bisa membandingkannya lebih jauh lagi, karena saya belum pernah tampil di konser besar di Thailand. Namun di Twitter, fans dari Indonesia lebih aktif daripada fans dari Thailand. Mungkin fans saya di Thailand tidak suka Twitter-an, jadi saya lebih berinteraksi dengan fans saya dari Indonesia dan Filipina.

Apa momen yang paling berkesan selama kamu berkunjung di Indonesia?

Banyak sekali…. Sangat sulit untuk memilihnya karena semua pengalaman saya disini sangat menyenangkan. Yang bisa terpikir saat ini mungkin beberapa malam lalu di Malang, karena konser tersebut merupakan konser berbayar pertama yang diadakan pertama kali di Indonesia. Dan saya tidak mengira akan banyaknya orang yang hadir malam itu meskipun hujan melanda. Menurut saya, it was the best show that I did in my entire career… Mulai dari persiapannya, saat penampilan, dan juga reaksi penonton, menurut saya yang terbaik di sepanjang 6 tahun karir saya dalam bermusik.

Apakah kamu akan melakukan konser yang sama di Jakarta?

Definitely.. Kami sedang mengerjakan beberapa show disini, dan berharap agar dapat terlaksana.

Apa pendapatmu tentang kota Malang dibandingkan dengan Jakarta?

Ooh, Malang.. Saat saya berada disana, saya terlalu sibuk dengan urusan konser tersebut, jadi belum sempat melihat-lihat kota Malang. Tapi yang paling saya ingat tentang kota itu adalah bunga-bunganya, pepohonannya, juga jalanannya. Mungkin itu kota pertama dimana saya puas melihat tanaman-tanaman dan pohon-pohon di jalan. Sedangkan Jakarta lebih mirip dengan Manila, dan hampir sama dengan kota Makati, pusat perekonomian dengan gedung-gedung tinggi dan kemacetannya. Namun kemacetan di Filipina masih lebih parah. Kamu bisa menghabiskan waktu sekitar satu jam hanya untuk berputar di ujung jalan karena lalu-lintas begitu padat, dan penuh jalan satu arah.

Bagian apa yang paling sulit menurutmu dalam membuat sebuah album?

Pemilihan lagu. Karena album saya dirilis di 6 negara di Asia. Dan Universal Music Asia harus melakukan riset mengenai lagu-lagu yang sedang populer di 6 negara tersebut untuk dimuatkan dalam satu buah album. Mereka akan merampungkannya dalam sebuah list lagu, dan meminta saya untuk memilih dan memberi masukan untuk lagu-lagu mana yang akan masuk ke tracklist final. They do a good job..

Apa rahasiamu untuk tetap gembira dan tersenyum?

My secret is… so hard.. (sambil tertawa) Rahasia saya adalah mood. Selalu saja ada pressure yang dialami, tapi saya selalu memikirkan hal-hal yang bisa membuat saya tersenyum. Setiap kali saya merasa sedih atau susah, saya selalu berusaha menghilangkannya dengan membaca pesan Favorite di Twitter saya, karena berisi pesan-pesan yang menyejukkan hati, positif. Dan disitu saya sadar bahwa ada orang yang membuat saya senang, dan ada orang-orang yang merasa senang untuk saya. Jadi, menurut saya tidak ada yang perlu diresahkan dalam hidup.

Jadi Twitter bisa membangkitkan semangatmu?

Ya, tentu saja. Saya selalu akrab dengan social media. Saya selalu senang bisa berkomunikasi dengan orang banyak. And I thank God for Twitter.. Tidak terbayangkan hidup tanpa Twitter, karena akan sangat sulit menjaga hubungan dengan para penggemar saya diluar negeri.

Dengan kegiatan kamu yang berpindah tempat, seberapa sering kamu menghabiskan waktumu dengan orang-orang terdekat?

Sangat sering.. Saya bertemu dengan keluarga saya setiap hari, dan teman-teman saya setiap minggu. Saya selalu menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu bersama mereka, karena mereka lah yang tetap mengingatkan siapa dirimu sebenarnya, dari mana asalmu. Saya membuat janji dengan teman-teman saya seminggu sekali untuk membuat saya tetap merasa muda dan bersemangat. Dan saya sangat dekat dengan keluarga saya. Kakak dan adik saya berada diluar negeri, namun kami sering berkomunikasi lewat semua media sosial yang bisa kami gunakan.

Apa yang kamu lakukan dengan keluarga dan teman-temanmu saat weekend?

Dengan keluarga saya, kami senang nonton dvd bersama. Dan juga pergi makan malam bersama. Saat hari Minggu, kami ke gereja bersama, dan setelah itu kami nonton film. Dan dengan teman-teman saya, kami suka minum kopi bersama. Suatu kali kami pergi ke kafe komedi, dan disitu kami bersenang-senang sambil tertawa menghilangkan kepenatan kami. Mereka adalah orang kantoran, jadi stress yang dialami lebih besar daripada saya. Kami minum dan bercerita tentang apapun.

Jenis musik apa yang kamu dengarkan saat ini?

Saya tidak punya waktu banyak untuk mendengarkan musik saat ini. Saya berusaha untuk menjauhi headphone saya untuk beberapa waktu, karena saya ingin menjaga keakuratan pendengaran saya untuk menunjang penampilan saya. Tapi saya sempat menonton American Idol season terbaru, dan saya menyaksikan acara final yang menakjubkan. Saat saya mendengarkan musik, semuanya tergantung dari mood saya. Saat ingin sesuatu yang riang, saya mendengarkan Katy Perry, Jessie J, dan Kesha. Tapi jika saya ingin santai, saya mendengarkan Norah Jones. Dan kalau saya ingin mendengarkan musik rock, saya putar lagu-lagu Fall Out Boy. Saat saya ingin berlatih vokal, saya berusaha mendengarkan contoh dari penyanyi-penyanyi dengan vokal yang powerful. Saat ini, pelatih saya menyarankan untuk mendengarkan kontestan American Idol yang baru, Angie Miller. She has a good vocal..

Musisi yang kamu inginkan untuk kolaborasi bareng?

Taylor Swift. Akan menjadi sangat menyenangkan untuk bermain gitar bersamanya, memainkan harmoni. Dan juga Jessie J, vokalnya sangat mengagumkan, dia sangat bagus di final American Idol kemarin. Range vokalnya sangat besar. Juga Katy Perry, but she’s too sexy..

Deskripsikan tentang dirimu dalam 3 kata.

Saya ingat saya pertama kali saya ditanya hal tersebut, saya memberikan jawaban yang terlalu kekanak-kanakkan. Tapi seiring waktu berjalan dan mengalami banyak pengalaman, saya menyebut diri saya sebagai seorang yang perfeksionis, optimis, dan logis. Big words.. Growing up.. (sambil tertawa)

(Rendy / CreativeDisc Contributors)

photo by Sheyla

welly
More from Creative Disc