Semenjak terbentuk di tahun 2011 dan tiga album kemudian, Little Mix secara pasti mengukuhkan posisi mereka sebagai sebuah girl group yang solid. Latar belakang sebagai bentukan sebuah acara pencarian bakat (X Factor Inggris) tak menggoyahkan eksistensi mereka, bahkan menunjukkan progres yang semakin matang. Sebagai pembuktian adalah album keempat mereka, "Glory Days".
Perrie Edwards, Jesy Nelson, Leigh-Anne Pinnock dan Jade Thirlwall semakin matang sebagai penyanyi yang harus berbagi antara satu sama lain dalam memberi harmonisasi dalam musikalitas mereka. Harmoni adalah kuncinya, karena memang vokal adalan andalan mereka. Setelahnya tentu saja materi lagu yang ditawarkan. Untuk kategori pertama, tidak usah diragukan lagi jika para gadis ini telah memiliki rasa kendali yang semakin terjaga serta tentunya kematangan dalam mengolah vokal. Untuk kategori kedua bagaimana? Jangan kuatir, karena mereka juga mengimbangi dengan peningkatan yang tak kalah signifikan.
Little Mix adalah pengusung pop. Dalam tiga album terdahulu sebagian besar lagu memang masih mengambil pop bubblegum sebagai dasar. Namun perlahan Little Mix memastikan jika nuansa dan kedalaman dalam lagu juga semakin dipertimbangkan sebagai kekuatan. "Glory Days" adalah buktinya.
Tentunya album masih memiliki barisan materi yang katakanlah radio friendly, catchy, easy listening, top 40 dan sejenisnya. Namun menarik bagaimana kini Little Mix sepertinya telah menemukan formula tepat agar mereka tidak terdengar hanya sebagai mesin pencetak hits, tapi juga musisi dengan pesan dan motif yang ingin disampaikan. Sesuatu yang mungkin harus dikejar rekannya, seperti Fifth Harmony misalnya.
Perlu bukti? Single pertama untuk album ini, 'Shot Out to My Ex' adalah contoh sederhananya. Tema self-emporewent dibungkus beat ritmis bukan hal aneh bagi Little Mix. 'Wings' atau 'Black Magic' adalah contoh klasik dari hits mereka bergaya setipe. Hanya saja kini semangat tidak dihamburkan secara terlalu juvenil karena ada emosi kedewasaan, baik dalam pola pikir dan tindakan, yang dipresentasikan dalam lagunya. Kemarahan tidak perlu terlalu diumbar namun menjadi alasan untuk maju.
Secara umum pop yang ditawarkan "Glory Days" adalah mengadopsi apa yang tengah menjadi kekinian. Bukan hal tabu bagi musisi pop. Yang menjadi catatan adalah bagaimana lagu-lagu familiar tadi dikemas sedemikian rupa dalam cita rasa Little Mix, sehingga cukup mendengarkan vokal mereka, kita sudah bisa menebak siapa yang bernyanyi di balik lagunya.
'Touch', sebuah club anthem secara penuh pertama dari Little Mix, menghadirkan moombahton ala Major Lazer atau Bieber. Harmonisasi vokal memadukan pop-soul-RnB adalah menjadi pembedanya. Sedikit variasi, dimana beat dihadirkan secara medium dan romansa dilibatkan secara intens di dalamnya adalah 'Your Love'. Moombahton lain dihadirkan dalam 'No More Sad Songs'.
Lantas ada kolaborasi bersama Charlie Puth dalam doo woop 'Oops'. Atau lagu electro-pop soul di mana Meghan Trainor tercatat sebagai salah satu penulis lagu, 'You Gotta Not' yang sassy, fun and fierce. Trademark yang kian kuat dipamerkan Little Mix. Oh ya, corak lawas yang sassy-slash-fierce juga ditemui dalam 'F.U' yang mengusung sway pop ala 50-an.
Sensasi club lain dipersembahkan dalam 'Down & Dirty', meski kini mengedepankan semangat hip hop dengan sedikit sentuhan trap di dalamnya. Kemudiam mereka mencoba mengadirkan era awal 2000-an, dimana pop RnB ala Christina Aguilera atau Christina Milian atau Kandi dalam track 'Private Show' yang benar-benar seru untuk disimak. Tentunya tak lengkap tanpa sebuah balada yang diwakili oleh 'Nobody Like You'. Album ditutup secara manis oleh synth-pop 80-an, 'Nothing Else Matters', yang menegaskan khazanah pop Little Mix yang meski memiliki cakupan luas, namun singular.
Sederhanya, mereka tak segan mengadopsi berbagai pendekatan atau corak mapan, namun mengemasnya dalam benang merah tegas: tentunya yang telah disebutkan di atas, harmonisasi vokal prima dan Harmoni pemilihan materi dengan cakupan yang lebih dalam dibandingkan lagu-lagu sejenis.
Bagi Little Mix pop tentunya harus menyenangkan untuk disimak? Tapi kosong? Nanti dulu. Mengejar hook yang catchy tentunya adalah kewajiban. Hanya saja harus disertai dengan kedalaman tersendiri sehingga lagunya tidak sekedar lewat dan berlalu begitu saja. Resep ini belum benar-benar teraplikasi secara keseluruhan dalam "Glory Days", tapi sudah memenuhi kuota lebih dari cukup.
"DNA", "Salute", "Get Weird", dan kini "Glory Days". Apakah ada pola dalam pemilihan judul serta perkembangan musikalitas mereka? I know it seems far fetch, tapi semenjak mereka menemukan "DNA"nya, selanjutnya mereka melakukan "Salute" yang disusul dengan melakukan uji coba yang "Get Weird" sebelum akhirnya menemukan "Glory Days" mereka. Lantas apa yang akan ditawarkan berikutnya? Tentunya sangat layak untuk dinantikan jawabannya.
TRACKLIST
1."Shout Out to My Ex" 4:06
2."Touch" 3:33
3."F.U." 3:58
4."Oops" (featuring Charlie Puth)3:24
5."You Gotta Not" 3:11
6."Down & Dirty" 2:55
7."Power" 4:07
8."Your Love" 3:27
9."Nobody Like You" 4:08
10."No More Sad Songs" 3:26
11."Private Show" 2:41
12."Nothing Else Matters" 3:55