Foto: Sulinda Sumardi
Generasi 90an sedang digempur serentetan konser nostalgia belakangan ini. Mulai dari David Foster & Friends, 90s Festival dan yang terbaru, Ronan Keating. Mantan vokalis Boyzone ini kembali menggelar konsernya di Pullman Hotel Central Park pada 18 Agustus 2023.
Konser keduanya di lokasi yang sama setelah yang pertama di Februari 2020 ini menampilkan setlist yang menyulut jiwa dan raga. Tidak hanya membawakan lagu-lagu hitsnya, namun juga beberapa hits dari Boyzone. Exciting? For sure.
But, before we get to the main performer, let's take a glimpse at the opening act(s). Kenapa act(s)? Karena sebelum opening act "sesungguhnya", ada penampilan seorang perempuan yang membawakan "To Make You Feel My Love" dari Adele, yang ternyata adalah salah satu MC malam itu. We're not gonna talk about it much, so let's move on to the real opening act.
Putri Ariani. Yup, you heard it. Jebolan AGT yang sedang laris di tanah air ini menjadi penampil yang cukup ditunggu-tunggu. Well, we basically can't escape her nowadays, can't we? Setelah sehari sebelumnya Putri tampil di Istana Negara sebagai salah satu penampil di upacara 17 Agustus, Putri kembali unjuk gigi di panggung Pullman malam itu. Putri menampilkan tiga buah lagu, "Can't Take My Eyes Off You", "I Will Always Love You" dan single andalannya, "Loneliness". Penampilannya malam itu terasa kurang prima dan maksimal (bagi saya). Mungkin karena tak henti-hentinya Putri diundang kesana kemari untuk tampil (masih ingat penampilannya di konser David Foster). Namun, secara keseluruhan cukup menghibur dan jadi penyemangat sebelum masuk ke sajian utama.
Setelah menunggu sekitar 20 menit pasca penampilan Putri, setlist Ronan Keating pun dimulai di jam 20.30 WIB.
Medley "Heyday" dan "Lovin' Each Day" dipilih jadi lagu pembuka. Disini saya merasa kurang puas. Bukan karena penampilan Ronan dan band nya, tapi karena sound yang terdengar sampai penonton kurang jernih dan terlalu bising. Sound vokal Ronan terdengar tidak stabil dan kalah dengan sound band dan backing vocal nya. Masalah sound system cukup vital karena sangat berpengaruh bagi penonton untuk dapat menikmati keseluruhan penampilan. (I wonder what did they listen to at the soundcheck)
Jujur, kuping saya agak terganggu dengan buruknya kualitas suara yang dihasilkan selama konser berlangsung. But, still gotta enjoy the whole show for the next one and a half hour. So, let's continue.
Setelah membawakan "Breathe" yang dirilis tahun 2016, Ronan mengubah ballroom Pullman jadi tempat karaoke besar. This is where the fun begins.. BOYZONE MEDLEY!
"Isn't It A Wonder", "Baby, Can I Hold You", "Words" dan "You Needed Me" sukses bikin seluruh penonton sing along, termasuk saya. Kekesalan dan umpatan terhadap sound system selama tiga lagu pertama saya pusatkan ke diafragma dan mengalir keluar lewat mulut menjadi lirik yang dilantunkan sekeras-kerasnya tanpa memperhatikan penonton lain di sekitar.
Sedari awal mengiyakan untuk meliput konser Ronan Keating, saya sudah siap menerima konsekuensi suara serak, tenggorokan sakit, bibir kering dan jantung berdebar cepat terkena serangan hati dan jiwa akut akibat multiple encounters with nostalgic songs ala Ronan dan Boyzone.
Jadi, mendengarkan lagu-lagu seperti "The Way You Make Me Feel", "If Tomorrow Never Comes" dan "When You Say Nothing At All" tentunya menimbulkan side effect yang cukup berat dan tidak bisa dihindari.
Tak lupa, Ronan memberikan a sentimental tribute bagi mendiang Stephen Gately dengan membawakan "In This Life", lagu yang terakhir kali dinyanyikannya saat pemakaman rekannya di Boyzone tersebut.
Tidak sampai disitu, 'demam' pun menyerang saat "Father and Son", "No Matter What" (yang dibawakan duet bersama Putri Ariani), "Love Me For A Reason", "When The Going Gets Tough" dan "Picture Of You" dilantunkan. Badan terasa bergetar dan mulut tak henti-hentinya mengeluarkan nyanyian. Pecah sepecah-pecahnya!
It really was "a nice trip down memory lane", mengutip kata-kata yang diucapkan Ronan malam itu. Setlist yang dibawakan cukup membuat saya terhanyut dan lupa terhadap technical flaws yang terjadi malam itu. Ini kedua kalinya saya menonton penampilan Ronan, dan saya tetap menikmatinya.
Buat penggemar musik 90an, konser seperti ini tentunya jadi momen time-travel yang nostalgic dan penuh makna. Viva la 90's music!