Kepopuleran masif nggak pernah dibayangkan oleh kuartet asal Oxford Glass Animals. Tapi apa daya itulah yang harus mereka alami. Populer di kalangan anak sekolah dan mahasiswa lewat dua album pertama, “Zaba” dan “How to Be a Human Being”, musik mereka menembus pendengar arus utama lewat single ‘Heat Waves’ yang superviral di TikTok terutama di masa pandemi.
Kepopuleran lagu ini tidak berjalan sebentar karena mereka membutuhkan 59 minggu untuk bisa menduduki posisi jawara di Billboard Hot 100 dan menjadi lagu terlama yang berada di chart yang sama karena mampu bertahan selama 91 minggu. “Heat Waves” juga berhasil menduduki posisi nomor 1 di chart akhir tahun Billboard Hot 100 2022 dan berhasil terjual sebanyak ekuivalen 21 juta kopi di seluruh dunia.
Namun, itu semua membuat vokalis dan pencipta utama lagu di Glass Animals, Dave Bayley justru merasa kelabakan. Dia mulai mempertanyakan banyak hal, yang paling utama adalah tentang kehidupan. Persisnya eksistensialisme tentang hidup. Ia menumpahkan semuanya lewat album kelima “I Love You So F***ing Much” yang ia garap dengan kegelapan di awal namun berakhir dengan banyak optimisme di dalamnya. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh Dave ketika ditemui CreativeDisc via Zoom.
"Awalnya aku ingin menyebutnya dengan sesuatu yang berbeda yang bahkan aku sendiri tidak mau menyebutnya lagi sekarang. Aku berpikir untuk menamai album ini dengan “Death Comes to Us All”. Aku menemukan judul itu ketika pertama kali mulai menulis, tetapi ketika menyelesaikan lirik dan sisa albumnya jadi tidak cocok lagi sama temanya. Album ini adalah tentang melawan ketakutan eksistensial dengan berfokus pada hubungan antarmanusia, hubungan, dan cinta. Bukan jenis cinta yang lembek dan murahan, tetapi aspek yang lebih dalam dan kompleks dari cinta itu sendiri,” ungkap Dave, yang seperti baru bangun tidur saat diwawancarai.
“I Love You So F***ing Much” berbicara tentang eksistensialisme diri sendiri dengan sentuhan musik yang mengawang, seolah pendengar berada di ruang angkasa dengan segala kekosongan udaranya. Dave sendiri mengaku ia mempunyai alasan tersendiri kenapa ia memilih lagu dengan tema mengawang dan konsep luar angkasa.
“Keseluruhan tema luar angkasa sebenarnya dimaksudkan untuk mewakili krisis eksistensial yang aku alami di awal album. Aku mencerminkan pola pikir sinis yang aku alami di mana aku terus-menerus bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti, 'Apa gunanya sesuatu? Apa tujuan hidup? Apakah semua ini penting?'
Kekosongan itu kubayangkan seperti sebuah ruang angkasa di mana kekosongan yang luas dan tak terhingga yang bisa membuatmu merasa kecil dan seolah-olah hidup tidak ada artinya. Namun seiring berjalannya proses pengerjaan album, aku mencari berbagai cara untuk mengingatkan diri sendiri bahwa terlepas dari semua kebingungan dan kekacauan, hidup ini sebenarnya luar biasa,” kata Dave.
“I Love You So F***ing Much” menandakan fase baru untuk Dave dan Glass Animals. Selain berbicara tentang eksistensialisme diri sendiri, album ini juga menjadi sebuah penanda musik Glass Animals yang terus berkembang dari album perdananya. Pada fase album ini, mereka lebih berani menyampaikan perasaan tentang diri sendiri. Adalah kepopuleran ‘Heat Waves’ yang bikin mereka pede untuk membuat musik dengan lebih jujur pada diri sendiri.
“I Love You So F***ing Much” memperdengarkan perkembangan karakter dan jati diri band lewat perspektif yang menarik dan tetap unik seperti yang biasa mereka lakukan sebelumnya.
Simak wawancara eksklusif CreativeDisc bersama Dave Bayley dari Glass Animals dimana ia bercerita panjang lebar soal album terbarunya, kepopuleran ‘Heat Waves’, musik Glass Animals dulu dan sekarang, serta keinginannya untuk kembali ke zaman dinosaurus lewat video di bawah ini: