CreativeDisc Interview With Shane Filan

Oleh: welly - 04 Oct 2013

Dalam rangka promo tour Shane Filan ke Indonesia kali ini bersama Universal Music Indonesia, CreativeDisc dan beberapa media berkesempatan untuk interview bersama dengan Shane. Interview ini diadakan setelah acara press conference Universound present: Shane Filan with special performance by Raisa. Malamnya, Shane Filan pun juga tampil dengan membawakan 5 lagu di Hard Rock Cafe, Jakarta.

Simak interviewnya berikut ini:

Q: Apa rahasiamu untuk tetap kelihatan muda?

A: Lots of moisturizer! *tertawa* waktu aku ke gym, aku minum 3 gelas air, aku memperhatikan kulitku. Aku senang kalo orang bilang aku keliatan muda, mungkin aku muda dalam hati. Aku Cuma berusaha untuk sehat, makan dengan baik. Aku juga suka tidur. Tidur sangat penting. Aku sering ke gym, mungkin 4 atau 5 kali seminggu. Bukan Cuma untuk terlihat bagus secara fisik, tapi juga secara mental. Jika kamu ke gym, kamu akan menyukainya dan siap menjalani hari.

Q: Jadi ini ke-6 kalinya kamu ke Indonesia. Kunjungan mana yang paling kamu ingat?

A: aku paling ingat kunjungan pertamaku kesini (Indonesia). Pertama kali aku kesini, rambut Bryan masih seperti McDonald’s! kami datang ke negara yang sangat jauh, reaksi yang kami dapat seakan-akan kami orang terkenal. Kami nggak tahu seberapa besar kami. Sangat banyak orang datang ke showcase, it was just crazy! Indonesia salah satu negara pertama yang kami kunjungi, it was just mayhem! Kami seperti popstar, padahal kami baru 6 bulan memulai Westlife, sebelum Flying Without Wings, tapi kami sudah punya banyak fans. It was nice to see that dan susah dilupakan. Jadi kunjungan itulah, dan mungkin kunjungan sekarang, karna ini kunjungan solo pertamaku, sejauh ini sangat baik, aku ketemu banyak fans di airport. Aku senang dapat sambutan yang baik, karna aku berharap orang-orang nggak lupa sama aku.

Q: Terakhir kamu kesini, kamu harus menghentikan konser.

A: Yeah, waktu itu berbahaya, kupikir tiket yang dijual terlalu banyak tapi venue nya terlalu kecil. Venue yang mestinya untuk 5000 orang malah diisi 6000 atau 7000 orang. Sayang sekali itu terjadi, kami harus menghentikannya, bahkan harus bilang kalau kami pergi kalau penonton tidak berhenti (berdesakan). Akhirnya mereka berhenti. Kondisinya kelihatan buruk dari panggung. Kami harus berteriak untuk menggertak penonton. Kami mengerti kalau mereka sangat excited, hanya saja venue nya terlalu kecil. Mestinya kami di venue yang lebih besar. Kalau aku kesini lagi, pastikan venue nya lebih besar dan tidak terlalu banyak orang. Aku akan benar-benar memperhatikan. Tidak adil kalau orang harus menghabiskan uang hanya untuk berdesakan, bisa berbahaya. Tapi akhirnya, it was a good show! Hanya disayangkan karna kejadian itu.

Q: Berbicara tentang Westlife, apakah kamu masih saling kontak dengan anggota Westlife yang lain sejak kamu memulai solo?

A: Ya, kami masih sering ngobrol. Aku ngobrol dengan Mark beberapa minggu lalu, dia suka musikku. Dia suka ‘Once’, tapi dia belum dengar seluruh lagu di albumku. Aku harus menyelesaikan albumku dan memberikan mereka masing-masing satu copy albumku! Aku ingin tahu feedback mereka. Kami masih dekat, kami jarang bertemu karna kami punya proyek masing-masing dan kami sedang mencoba menemukan jalan hidup kami sendiri. Kami (Westlife) berakhir dengan baik-baik, kami masih dekat, teman-temanku tetap mendukung aku waktu aku rilis single, menulis tentang single ku, dan aku melakukan hal yang sama untuk mereka. Kami menghormati satu sama lain. Sebenarnya kami nggak ingin Westlife berakhir, tapi kami tahu ini harus berakhir. Segala sesuatu pasti memiliki akhir. Jika kamu terlalu lama melakukan hal yang sama, suatu hari kamu akan berkata “aah mestinya aku melakukan ini, melakukan itu”. Tentu saja kami ingin bersama selamanya. Tapi kami setuju kalau ini adalah keputusan yang tepat. Kami mengakhirinya di Croke Park, stadium yang sempurna. It was a fairy tale ending! Kami melakukan banyak hal, kami memiliki banyak kenangan.

Q: Bagaimana rasanya rekaman lagu dan tur sendirian, tanpa Westlife?

A: Menulis lagu adalah hal baru untukku. Untuk rekaman, kami pun selalu rekaman sendiri-sendiri, jadi sama saja. Tapi tur adalah hal yang sangat berbeda. Awalnya terasa aneh.

Q: Kamu rindu jadi anggota boyband?

A: Aku nggak rindu jadi anggota boyband, aku rindu Westlife, tentu saja, mereka temanku. Dulu kami sering minum bersama, bercanda, makan malam bersama. Tapi sekarang aku punya keluarga baru. Liam adalah manajer personalku. Orang-orang label rekaman juga sering menemaniku. Sebuah keluarga baru dan aku harus membiasakan diri. Baru 3 bulan, tapi rasanya sudah lama sekali, jadi aku sudah merasa nyaman. Tapi di panggung, hanya ada 1 mic stand dan nggak ada seorang pun disebelahku. Aku masih sering melihat ke sekelilingku, tapi sadar kalau nggak ada siapa-siapa, jadi aku hanya fokus bernyanyi ke penonton sambil berharap mereka tersenyum dan menyukainya. Itu hal yang harus aku biasakan, dan itu adalah hidupku sekarang.

Q: Dulu kamu selalu melakukan koreografi bersama Westlife, tapi sekarang kamu sendirian di panggung.

A: Aku tidak benar-benar melakukan koreografi, musikku lebih ke instrumen dan bagaimana untuk berenang-senang. Gaya bebas di panggung, have fun. Kebanyakan laguku berfokus pada vokal dan musik yang bagus untuk membuat orang senang. Jika aku bergembira di atas panggung, penonton pun akan begitu. Aku senang berada di panggung dan bernyanyi, tidak untuk koreografi.

Q: Siapa musisi yang jadi inspirasi di album mu? Apa musik yang sedang kamu dengarkan?

A: Orang yang berbeda, tapi aku melihat musik secara umum. Artis solo lain menginspirasiku, tapi aku berusaha untuk tidak menjadi mereka. Aku tidak ingin jadi seperti Michael Buble, aku mau perpaduan artis-artis solo sukses ada dalam diriku, secara umum. Jadi aku harus fokus ke apa yang aku suka. Dulu aku suka Shania Twain. Aku suka musik pop-country nya, seperti ‘country-folk-pop music’. Jadi mungkin aku bisa jadi versi pria nya Shania Twain. Aku nggak tahu, aku harus menemukan jati diriku. Banyak lagu Westlife yang country tapi menyamar jadi lagu pop. Semua lagu Westlife bisa jadi lagu country yang bagus. Label rekaman mengirimku ke Nashville untuk melihat bagaimana perkembanganku. Ketika aku mulai menulis lagu, lagunya lebih country-folk . Everything To Me adalah lagu pertama yang aku tulis. Agak menakutkan untuk ‘go international’ dengan lagu ini. Dasarku adalah pop, tapi aku mencoba country, folk dan soul. Aku suka musik soul yang banyak instrumennya.

Listen the interview here:

Special Thank to Universal Music Indonesia

Teks & Interview by Sheyla

Photo by Ivy

welly
More from Creative Disc