Dalam rangka tur konser David Foster & Friends Asia Tour yang ke-3 kalinya di Jakarta, Hayley Westenra termasuk dari salah satu penampil yang ada. Ditemui setelah press conference di sebuah mall di Jakarta, CreativeDisc diberi kesempatan exclusive oleh Universal Music Indonesia untuk menginterview penyanyi soprano, classic crossover artist berusia 25 tahun asal New Zealand ini.
Kamu menjadi seorang bintang sejak usia dini. Bagaimana kamu beradaptasi dengan ketenaranmu waktu itu?
Semuanya berawal di New Zealand. New Zealand merupakan negara kecil, dan saya rasa menjadi tempat yang tepat untuk memulai semuanya. Dan saat saya berangkat ke UK, saya belum punya pengalaman dalam menghadapi media, wawancara dan promo. Dan setelah saya merilis album internasional pertama saya, saya diharuskan berpergian setiap waktu, dan saya masih belum terbiasa untuk itu. Jadi keluarga saya selalu menemani saya. Kurang lebih seperti itulah yang masih saya ingat sampai saat ini.
Dan tanggal 9 November kamu akan tampil bersama David Foster. Bagaimana persiapanmu sejauh ini?
Beberapa hari lalu kami rehearsal sebagai rangkaian awal tur ini di Singapore, dan kami mempunyai beberapa hari untuk melakukan banyak hal. Dan konsernya pun berjalan baik, dan beberapa konser setelahnya pun berjalan mulus. Konser yang menyenangkan. Semua yang terlibat saling mendukung satu sama lain. David sendiri pun adalah pribadi yang menyenangkan. Ia membuat orang merasa fun dan nyaman di atas panggung.
Bagaimana awalnya kamu bisa terlibat di tour ini?
Well, saya bertemu David beberapa tahun lalu di Malibu, kemudian pihaknya menghubungi saya (untuk ikut konsernya) dan saya langsung mengiyakan. Bukan hanya karena seorang David Foster saja, namun bisa sepanggung dengan nama-nama legendaris lainnya, seperti Chaka Khan, Babyface dan Paul Young.
Kapan kamu menyadari bahwa kamu senang bernyanyi?
Saya senang bernyanyi di dalam rumah saat masih kecil, namun orang tua saya tidak terlalu memperdulikannya. Guru kelas saya yang mengetahui hal itu, kemudian membiarkan saya menyanyi solo saat berumur 6 tahun. Saya seorang anak yang pemalu, namun saat saya disuruh naik keatas panggung, saya menjadi percaya diri. Akhirnya, banyak dukungan mengalir dari keluarga saya, dari guru-guru saya dan teman-teman saya. Kepercayaan itu yang membangun rasa percaya diri tersebut, dan saat itulah saya menyadari bahwa saya bisa bernyanyi dengan baik.
Apa kamu pernah mengikuti les vokal untuk jenis musik klasik?
Saya pernah mengikuti beberapa les vokal dulu. Saat mengikuti les secara group, pengajar saya memberi saran untuk saya mengambil les private. Saat saya mendapat kontrak rekaman pertama kalinya bersama Universal Music, seorang penyanyi Soprano terkenal asal New Zealand, Malvina Major, ia memberikan saya pelajaran mengenai teknik vokal serta seluk-beluk mengenai dunia musik yang sangat berguna.
Apa rasanya saat didaulat sebagai ambassador termuda oleh UNICEF?
Saya bergabung bersama UNICEF saat saya berumur 16 tahun. Awalnya saya tidak yakin, karena beban dan tanggung jawab yang begitu berat yang akan saya pikul. Namun, beranjak dewasa, saya melakukan kunjungan pertama kalinya ke Ghana, menjalankan program penggalangan dana untuk memenuhi kebutuhan sepeda bagi anak-anak disana sebagai alat transportasi mereka ke sekolah. Dan disitulah saya merasakan bahwa inilah perjalanan yang telah mengubah hidup saya, serta menjadi pengalaman yang membanggakan dalam hidup saya.
Kamu menulis sebuah buku autobiography. Apa yang memicu dirimu untuk membuat buku tersebut?
Awalnya saya menolak tawaran untuk menulis buku tersebut, karena saya merasa masih terlalu muda untuk membuat sebuah buku yang bercerita tentang pengalaman hidup. Namun semakin banyak orang yang mendorong saya untuk menulisnya karena saya sudah sekitar 8-10 tahun berkecimpung di dunia musik, dan merasa bahwa banyak hal yang dapat diceritakan dan dibagikan. Susah sekali untuk bisa mengingat kejadian-kejadian terdahulu dengan pasti, namun saya merasa senang bisa menuangkan (sebagian kisah hidup) dalam kertas-kertas, serta membuat orang lebih mengenal saya dan melihat bagaimana keadaan saya saat ini. Jangan mengharapkan buku tersebut berisi skandal.... (sambil tertawa)
Kembali ke dunia musik. Album terakhirmu berjudul "Paradiso" yang diluncurkan tahun 2011. Apa kamu sedang mengerjakan proyek baru saat ini?
Tentu saja. Pertanyaan yang bagus... I'm doing some writings at the moment, dan saya mulai menuangkan ide-ide serta musik ke dalamnya. Saat ini, semuanya masih tahap awal pengerjaan, jadi saya masih belum tahu bagaimana gambaran album ini secara utuh. Saya tidak mau terburu-buru, I want to take my time with this one... So, we'll see..
Apa kamu pernah berpikir untuk mengganti aliran musik?
Genre musik yang saya bawakan saat ini, yaitu perpaduan musik pop dan klasik, saya rasa masih banyak ruangan untuk saya bergerak memainkan beragam jenis musik, mulai dari musik klasik, folk, hingga pop modern. Jadi, saya belum merasa perlu untuk mengubah jenis musik saya secara drastis dan sangat berbeda, tapi saya masih belum memutuskan jenis musik apa. Masih banyak jenis musik lain yang ingin saya buat albumnya. Dan saat ini, saya bekerja dengan orang-orang hebat di bidangnya, dan saya menikmatinya.
(Rendy / CreativeDisc Contributors)
Special Thanks to Universal Music Indonesia